Komitmennya Indonesia terhadap Paris Agreement telah mendorong pemerintah untuk menerbitkan regulasi yang mendukung pengembangan energi terbarukan di negara ini. Dengan memanfaatkan kriteria Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (ESG), investor dapat sejalan nilai-nilai mereka dengan investasi mereka dan secara efektif mengevaluasi kemampuan pengelolaan risiko perusahaan. Perusahaan yang mengutamakan prinsip ESG, terutama yang terlibat dalam produksi energi terbarukan, dapat memanfaatkan peluang yang muncul dari situasi ini. PT Surya Energi Indotama (SEI), perusahaan yang sebelumnya belum terlibat dalam pendanaan ekuitas, bertujuan untuk memanfaatkan peluang ini. Untuk mendapatkan valuasi PT SEI, digunakan metode penilaian absolut dan relatif. Valuasi absolut menggunakan metode discounted cash flow (DCF) sedangkan untuk valuasi relative menggunakan multiple EV/EBITDA dan rasio P/E. Hasil dari valuasi PT SEI adalah sebesar 4,676,987,999,218-rupiah berdasarkan metode DCF, 8,686,232,950,359-rupiah berdasarkan EV/EBITDA dan 6,978,853,964,499-rupiah berdasarkan rasio P/E. Menyadari potensi faktor ESG untuk meningkatkan nilai perusahaan, penulis menerapkan metode Value Driven Adjustment dan menggunakan standar ESG industri SASB sebagai sumber
ESG materiality yang dapat mempengaruhi hasil valuasi. Dengan menerapkan ESG materiality pada bisnis PT SEI, didapatkan peningkatan hasil valuasi sebesar 32.53% pada valuasi menggunakan metode DCF menjadi 6,198,219,020,274 rupiah, 34.64% pada valuasi menggunakan EV/EBITDA menjadi
11,695,564,503,802 rupiah, dan 36.37% pada valuasi menggunakan rasio P/E menjadi 9,517,369,224,171 rupiah