digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Riza Syafitri
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Permintaan batubara di Indonesia dan secara global telah meningkat sebagai respons terhadap pertumbuhan populasi global. Indonesia telah mengandalkan batubara sebagai bahan bakar fosil utama dan elemen vital dari strategi energinya sejak tahun 1970-an. Indonesia merupakan eksportir batubara termal terbesar di dunia, dengan mengekspor sekitar 434 metrik ton pada tahun 2021. Konsumen utamanya termasuk India, China, Jepang, dan Korea Selatan. NEPerusahaan pertambangan batubara Indonesia sedang menghadapi larangan ekspor batubara karena pasokan batubara domestik yang tidak mencukupi bagi PLN di tengah krisis energi Eropa dan krisis Ukraina-Rusia. Untuk melindungi 10 juta rumah tangga dan roda perekonomian di Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan terhadap ekspor batubara serta mengharuskan perusahaan pertambangan batubara untuk menjual 25% produksinya. Larangan ekspor batubara ini dapat berdampak negatif terhadap penjualan perusahaan pertambangan batubara, seperti PTBA yang harus membatasi potensi ekspansinya ke Italia dan Polandia pada tahun 2022. Nilai wajar saham PTBA membutuhkan perhitungan ulang mengingat faktor-faktor potensial yang mempengaruhi valuasi perusahaan. Studi ini akan melibatkan analisis PESTEL untuk analisis eksternal dan rasio finansial keuangan untuk analisis internal guna menilai kondisi keuangan PTBA. Model valuasi absolut DCF akan menilai fair value saham PTBA pada awal tahun 2022. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi variabel yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap valuasi perusahaan, di mana dampak paling sensitif terhadap kinerja keuangan PTBA adalah tingkat perpetual growth rate. Saham PTBA dinilai sebesar US $0.226 atau Rp 3,293 menggunakan metode DCF pada Q1 2022. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk menghitung nilai risiko dan mengukur potensi kerugian investasi. Simulasi Monte Carlo dilakukan dengan tingkat kepastian 95% untuk menentukan kisaran valuasi saham, yang ditemukan antara -US $0.04 dan US $0.45. Saham PTBA saat ini terhitung undervalued berdasarkan metode valuasi absolut, yang menunjukkan bahwa investor yang membeli pada harga saat ini sebesar US $0.226 atau Rp 3,293 dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan.