digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Callista Alvina Natesa
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Dalam lanskap ekonomi modern, keunggulan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semakin terlihat jelas, terutama sejak krisis 1998, di mana mereka menunjukkan ketangguhan yang luar biasa dan memulai lintasan pertumbuhan yang konsisten. Di antara berbagai model bisnis yang tersedia, bisnis waralaba telah muncul sebagai pilihan yang lebih disukai oleh banyak UMKM, menawarkan manfaat yang diantisipasi seperti peningkatan kinerja keuangan, lingkungan kerja yang mendukung, dan prospek kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk-bentuk organisasi alternatif. Sistem waralaba, yang dikenal dengan berbagai keuntungan termasuk prospek bisnis yang menjanjikan, pengakuan merek yang mapan, aksesibilitas keuangan yang lebih baik, dan daya tarik kemandirian wirausaha, telah menjadi terkenal. Namun, terlepas dari keuntungan-keuntungan tersebut, tantangan yang muncul adalah implementasi strategi pemasaran yang tidak konsisten di antara berbagai franchisee. Sugaku, waralaba yang mengkhususkan diri pada layanan Pembelajaran Pendidikan Matematika yang berfokus pada pembelajaran Matematika dan sempoa, telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 2017. Meskipun berhasil membuka 13 cabang di seluruh Indonesia dalam tahun pertama, perusahaan ini masih berjuang untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan dan menarik banyak franchisee. Sugaku secara aktif merangkul kemajuan teknologi, secara strategis memanfaatkan model pembelajaran hibrida selama pergolakan pandemi COVID-19, dan bertujuan untuk lebih meningkatkan pengalaman pendidikan pasca pandemi. Namun, di tengah upaya-upaya terpuji ini, organisasi ini menghadapi berbagai kendala seperti terbatasnya kemajuan dalam strategi branding dan pemasaran, kehadiran media sosial yang kurang baik, tantangan dalam beradaptasi dengan pasar lokal karena kurangnya penelitian, dan perjuangan yang sedang berlangsung untuk membangun keunggulan kompetitif yang khas untuk kinerja pemasaran yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi akar permasalahan melalui analisis yang komprehensif, dengan menggunakan perpaduan yang seimbang antara metode kuantitatif dan kualitatif-survei dan wawancara mendalam. Survei dirancang dengan cermat untuk mengeksplorasi evaluasi waralaba dan layanan, yang melibatkan 34 pemegang waralaba Sugaku yang sudah ada. Secara bersamaan, wawancara mendalam dilakukan dengan para pendiri perusahaan, yang difasilitasi melalui interaksi tatap muka dan kuesioner terstruktur. Analisis akar masalah, yang mencakup berbagai dimensi termasuk perusahaan, industri, iv pesaing, pemegang waralaba yang ada, pelanggan potensial, sumber daya manusia, dan lingkungan bisnis yang lebih luas, mengungkapkan berbagai tantangan seperti masalah komunikasi, kompleksitas rantai pasokan, pengembangan teknologi, kendala spasial, keterbatasan produk, dan persaingan yang ketat yang berkontribusi terhadap dilema bisnis Sugaku. Solusi bisnis yang diusulkan berasal dari analisis eksternal yang cermat yang mencakup dimensi PESTEL, Pesaing, dan Konsumen, ditambah dengan pemeriksaan internal yang mencakup analisis STP, 7P, dan analisis Rantai Nilai. Implementasi strategis dari bauran pemasaran dalam kerangka kerja SWOT, TOWS, dan kanvas model bisnis dianjurkan, dengan menekankan upaya branding yang terperinci yang didukung oleh komunikasi pemasaran terpadu. Pendekatan holistik ini mencakup inisiatif riset pasar, pengoptimalan media sosial, dan branding promosi untuk memperkuat strategi pemasaran dan kehadiran digital, hal yang sangat penting dalam lanskap teknologi yang berkembang pesat. Strategi pelengkap melibatkan inisiatif untuk pengenalan dan perluasan merek, yang bertujuan untuk mencapai sinergi yang mulus dengan adaptasi pasar lokal. Terakhir, merekrut ahli sumber daya manusia yang berpengalaman direkomendasikan untuk meningkatkan kurikulum dan mengoptimalkan alokasi cabang. Hasil yang diharapkan dari penerapan strategi multifaset ini adalah resolusi proaktif terhadap tantangan bisnis Sugaku, membuka jalan bagi peningkatan secara bertahap, namun berkelanjutan, untuk memenuhi ekspektasi kinerja dari waktu ke waktu.