Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran strategis terhadap
perekonomian Indonesia. Meskipun UMKM mendominasi di Indonesia, kontribusi
UMKM pada PDB Indonesia tidak sebanding dengan jumlah usaha yang ada. Oleh
karena itu, pemerintah berusaha memfokuskan beberapa industri prioritas nasional,
salah satunya industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam. Industri
ini merupakan industri penunjang bagi sektor industri manufaktur berbasis logam.
Faktanya, UMKM menghadapi berbagai ketidakpastian untuk mengembangkan
usahanya dan dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Terlebih lagi, setiap saat
organisasi UMKM menghadapi perubahan tuntutan pemangku kepentingan
kuncinya. Ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan utama pemangku
kepentingan kuncinya akan menimbulkan risiko yang dapat mengancam
ketercapaian tujuan organisasi UMKM. Selain itu, organisasi UMKM memiliki
keterbatasan sumber daya dan kapabilitas. Tanpa adanya kerangka perumusan
strategi mitigasi risiko yang sesuai dengan konteks organisasi UMKM, terdapat
kemungkinan aktivitas mitigasi risiko yang telah dilakukan belum optimal. Pada
penelitian ini, risiko didefinisikan sebagai suatu kejadian yang bila terjadi dapat
berpengaruh merugikan atau berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Risiko operasional mencakup risiko-risiko yang terjadi pada proses
bisnis inti organisasi terkait pemangku kepentingan organisasi. Model strategi
mitigasi risiko operasional yang sesuai dengan konteks organisasi UMKM dapat
menjadi solusi bagi organisasi UMKM untuk dapat bertahan, terus tumbuh dan
berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model perumusan strategi mitigasi
risiko operasional berdasarkan tahap pertumbuhan organisasi dan hubungan
ketergantungan pada pemangku kepentingan pada UMKM industri mesin dan
perkakas mesin untuk pengerjaan logam. Model dikembangkan dengan
mengaplikasikan dua konstruk berbeda pada struktur dependensi, yaitu dependence
iv
asymmetry dan mutual dependence. Tidak hanya pelanggan dan pemasok, model
juga dikembangkan untuk mengkaji struktur dependensi antara organisasi dan
pegawai. Tahapan penelitian ini meliputi identifikasi tahap pertumbuhan
organisasi, identifikasi pemangku kepentingan terlibat dan risiko pada proses bisnis
inti UMKM industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam,
identifikasi persepsi risiko terkait pemangku kepentingan, dan identifikasi struktur
dependensi antara organisasi dan pemangku kepentingan. Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus historis pada satu perusahaan UMKM industri
mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam pada dua sektor pemangku
kepentingan berbeda, yaitu sektor telekomunikasi dan otomotif. Pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur, studi dokumen, dan
observasi lapangan. Pengolahan data dilakukan melalui thematic analysis.
Berdasarkan hasil studi kasus, dapat disimpulkan bahwa PT ABC telah melewati
empat tahap pertumbuhan, yaitu entrepreneurial, growth, expansion, dan decline.
Persepsi risiko terkait pemangku kepentingan berbeda-beda pada tahap
pertumbuhan organisasi yang berbeda bergantung pada nilai probabilitas dan/atau
dampak risiko atau sumber daya/kapabilitas organisasi. Struktur dependensi
organisasi dan pemangku kepentingannya juga menunjukkan perubahan di
sepanjang tahap pertumbuhan organisasi, kecuali antara organisasi dan pegawai
yang tidak mengalami perubahan sejak perusahaan berdiri. Struktur dependensi
yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah dominansi pemangku kepentingan,
dominansi organisasi, dan interdependensi dengan tingkat mutual dependence
tinggi atau sedang. Strategi mitigasi risiko dirumuskan berdasarkan persepsi risiko
dan struktur dependensi antara organisasi dan pemangku kepentingannya. Strategi
yang teridentifikasi pada sektor telekomunikasi dan sektor otomotif adalah
proactive relational, reactive relational, dan passive strategy. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa organisasi UMKM memiliki kecenderungan untuk
menggunakan strategi yang bersifat relational di sepanjang tahap pertumbuhan
organisasi. Untuk strategi mitigasi risiko yang bersifat reactive relational, risiko
terkait pelanggan dapat dikelola dengan cara berkomunikasi dengan pelanggan dan
mencapai win-win solution, risiko terkait pemasok dapat dikelola dengan
komunikasi dan permintaan untuk bekerja sama, risiko terkait pegawai dapat
dikelola dengan memberikan teguran dan melakukan evaluasi. Untuk strategi
mitigasi risiko yang bersifat proactive relational, risiko terkait pemilik/pegawai
dapat dikelola dengan melibatkan pelanggan dalam pelaksanaan proses bisnis.