digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Dewi Supryati

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran strategis terhadap perekonomian Indonesia. Meskipun UMKM mendominasi di Indonesia, kontribusi UMKM pada PDB Indonesia tidak sebanding dengan jumlah usaha yang ada. Oleh karena itu, pemerintah berusaha memfokuskan beberapa industri prioritas nasional, salah satunya industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam. Industri ini merupakan industri penunjang bagi sektor industri manufaktur berbasis logam. Faktanya, UMKM menghadapi berbagai ketidakpastian untuk mengembangkan usahanya dan dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Terlebih lagi, setiap saat organisasi UMKM menghadapi perubahan tuntutan pemangku kepentingan kuncinya. Ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan utama pemangku kepentingan kuncinya akan menimbulkan risiko yang dapat mengancam ketercapaian tujuan organisasi UMKM. Selain itu, organisasi UMKM memiliki keterbatasan sumber daya dan kapabilitas. Tanpa adanya kerangka perumusan strategi mitigasi risiko yang sesuai dengan konteks organisasi UMKM, terdapat kemungkinan aktivitas mitigasi risiko yang telah dilakukan belum optimal. Pada penelitian ini, risiko didefinisikan sebagai suatu kejadian yang bila terjadi dapat berpengaruh merugikan atau berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Risiko operasional mencakup risiko-risiko yang terjadi pada proses bisnis inti organisasi terkait pemangku kepentingan organisasi. Model strategi mitigasi risiko operasional yang sesuai dengan konteks organisasi UMKM dapat menjadi solusi bagi organisasi UMKM untuk dapat bertahan, terus tumbuh dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model perumusan strategi mitigasi risiko operasional berdasarkan tahap pertumbuhan organisasi dan hubungan ketergantungan pada pemangku kepentingan pada UMKM industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam. Model dikembangkan dengan mengaplikasikan dua konstruk berbeda pada struktur dependensi, yaitu dependence iv asymmetry dan mutual dependence. Tidak hanya pelanggan dan pemasok, model juga dikembangkan untuk mengkaji struktur dependensi antara organisasi dan pegawai. Tahapan penelitian ini meliputi identifikasi tahap pertumbuhan organisasi, identifikasi pemangku kepentingan terlibat dan risiko pada proses bisnis inti UMKM industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam, identifikasi persepsi risiko terkait pemangku kepentingan, dan identifikasi struktur dependensi antara organisasi dan pemangku kepentingan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus historis pada satu perusahaan UMKM industri mesin dan perkakas mesin untuk pengerjaan logam pada dua sektor pemangku kepentingan berbeda, yaitu sektor telekomunikasi dan otomotif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara semi-terstruktur, studi dokumen, dan observasi lapangan. Pengolahan data dilakukan melalui thematic analysis. Berdasarkan hasil studi kasus, dapat disimpulkan bahwa PT ABC telah melewati empat tahap pertumbuhan, yaitu entrepreneurial, growth, expansion, dan decline. Persepsi risiko terkait pemangku kepentingan berbeda-beda pada tahap pertumbuhan organisasi yang berbeda bergantung pada nilai probabilitas dan/atau dampak risiko atau sumber daya/kapabilitas organisasi. Struktur dependensi organisasi dan pemangku kepentingannya juga menunjukkan perubahan di sepanjang tahap pertumbuhan organisasi, kecuali antara organisasi dan pegawai yang tidak mengalami perubahan sejak perusahaan berdiri. Struktur dependensi yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah dominansi pemangku kepentingan, dominansi organisasi, dan interdependensi dengan tingkat mutual dependence tinggi atau sedang. Strategi mitigasi risiko dirumuskan berdasarkan persepsi risiko dan struktur dependensi antara organisasi dan pemangku kepentingannya. Strategi yang teridentifikasi pada sektor telekomunikasi dan sektor otomotif adalah proactive relational, reactive relational, dan passive strategy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi UMKM memiliki kecenderungan untuk menggunakan strategi yang bersifat relational di sepanjang tahap pertumbuhan organisasi. Untuk strategi mitigasi risiko yang bersifat reactive relational, risiko terkait pelanggan dapat dikelola dengan cara berkomunikasi dengan pelanggan dan mencapai win-win solution, risiko terkait pemasok dapat dikelola dengan komunikasi dan permintaan untuk bekerja sama, risiko terkait pegawai dapat dikelola dengan memberikan teguran dan melakukan evaluasi. Untuk strategi mitigasi risiko yang bersifat proactive relational, risiko terkait pemilik/pegawai dapat dikelola dengan melibatkan pelanggan dalam pelaksanaan proses bisnis.