SARS-CoV-2 menjadi wabah global yang telah menewaskan kurang lebih 7 juta
jiwa per tahun 2023. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di
Wuhan, Cina. Penyebaran yang cepat menjadikan virus ini berbahaya sehingga para
peneliti berlomba dalam mencari obat penangkal virus ini. Dibutuhkan langkah
cepat dalam penemuan obat baru oleh sebab itu dilakukan drug repurposing
menggunakan metode in silico guna mempercepat penemuan obat baru. Pada
penelitian ini digunakan molecular docking dan machine learning dalam menguji
binding affinity dari molekul obat dan protein target SARS-CoV-2. Molecular
docking dijalankan menggunakan YASARA software. Machine learning
memanfaatkan library Deepchem, library khusus dalam drug repurposing dan drug
design. Hasil yang diperoleh melalui kedua metode tersebut berupa binding affinity
atau energi ikatan yang menandakan apakah suatu molekul dapat terikat dengan baik
dengan sisi aktif dari protein target. Enam protein target digunakan dalam penelitian
ini (1s9p, 5r7y, 5rl6, 5s6x, 6m71, dan 7rgq). Jumlah obat yang digunakan adalah
82 antivirus drug dan 45 anticancer drugs. Hasil dari molecular docking berupa
binding affinity dari setiap interaksi ligand-protein. Hasil molecular docking
digunakan dalam pembuatan model random forest untuk melakukan prediksi.
Melalui molecular docking, ditemukan bahwa Remdesivir merupakan obat dengan
binding affinity terbaik untuk protein target 1s9p, Rimantadine untuk 5rl6 dan 5s6x,
dan Oseltamivir untuk 5r7y, 6m71 dan 7egq. Machine learning yang dibuat
memanfaatkan model random forest dalam melakukan prediksi. Model mampu
melakukan prediksi dengan baik, nilai MAE yang diperoleh adalah 0.484365 dan
nilai rerata selisih ranking dengan molecular docking adalah 4.02.