Pencurian listrik masih menjadi tantangan yang signifikan bagi PT PLN (Persero),
penyedia listrik utama Indonesia, yang melayani lebih dari 89 juta pelanggan pada
tahun 2023. Studi ini berfokus pada pelanggan tarif industri dan bisnis,
menggunakan dataset dari tahun 2019 hingga 2023, yang mencakup data
konsumsi bulanan dari pelanggan pascabayar PLN di tiga puluh unit operasional
dengan tingkat Pengendalian Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) tertinggi, dengan
daya maksimum 6.600 VA. Pendekatan ini berbeda dari studi sebelumnya yang
mengandalkan data meter terbuka atau pintar, karena studi ini menggunakan meter
konvensional untuk pengumpulan data. Dalam dataset yang digunakan untuk
penelitian ini, kerugian dari pencurian listrik yang dikonfirmasi berjumlah sekitar
Rp 19 miliar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan deteksi pencurian listrik melalui
model berbasis pembelajaran mesin yang memanfaatkan teknik klasifikasi
Support Vector Machine (SVM). Tujuannya adalah untuk meningkatkan
mekanisme P2TL dengan mengidentifikasi target operasi (TO) secara akurat
untuk verifikasi lapangan. Berbagai kernel SVM diuji, termasuk Radial Basis
Function (RBF), Linear, Polynomial (Poly), dan Sigmoid, beserta classifier seperti
SVM, Logistic Regression, Decision Tree, dan Naïve Bayes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model SVM, khususnya dengan kernel RBF, mencapai
kinerja optimal, dengan precision dan recall yang seimbang, terutama dengan data
historis selama 30 bulan.
Model yang dioptimalkan ini berkontribusi untuk meningkatkan efisiensi
operasional PLN, menawarkan identifikasi kasus pencurian listrik yang lebih
akurat, yang mengarah pada penghematan finansial yang substansial dengan
mengurangi kerugian dari konsumsi yang tidak dibayar. Temuan ini menawarkan
manfaat praktis untuk mengurangi pencurian listrik dan meningkatkan sistem
pemantauan PLN, terutama di sektor industri dan bisnis.