digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Nur'azmi Rifdah
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Berdasarkan studi terbaru pasar batubara yang dilakukan oleh International Energy Agency, harga batubara sangat fluktuatif selama lima tahun terakhir. Pada Q3 2022 harga batubara melonjak hingga 2 kali lipat dari pertengahan tahun 2022. Volatilitas harga batubara telah mempengaruhi perusahaan batubara di Indonesia, sehingga berdampak besar terhadap pendapatan dan nilai saham. Selain itu, meningkatnya komitmen global untuk mengatasi perubahan iklim diperkirakan akan menghasilkan penerapan peraturan emisi karbon yang lebih ketat pada tahun 2030. PT. Indika Energy adalah perusahaan energi yang sangat bergantung pada harga batubara, yang menyumbang antara 75% hingga 88% dari pendapatannya. Indika mengemukakan empat strategi, dua di antaranya adalah Optimalisasi Efisiensi dan Sinergi serta management Kehati -hatian. Namun hasil kinerja profitabilitas tidak selaras dengan strategi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja keuangan, menilai nilai wajar menggunakan DCF-FCFF, dan mengestimasi rasio price-to-earnings (P/E) dan Market to Book (M/B) PT. Indika Energy. Penelitian ini akan menggunakan beberapa rasio, seperti Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earnings per Share (EPS), Inventory Turnover, Inventory Turnover (hari), Oerating Profit Margin (OPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan net debt to EBITDA. Untuk meningkatkan keakuratan hasil, penelitian ini melibatkan analisis perbandingan dengan perusahaan lain yang beroperasi di industri yang sama, termasuk PT. Adro Energy (ADRO), PT. Bayan Resources (BYAN), PT. Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan PT. Bukit Asam (PTBA). Methode DCF-FCFF akan digunakan untuk menentukan nilai wajar. Hasil Studi mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut menunjukkan kinerja likuiditas terburuk dan paling tidak menguntungkan di antara perusahaan kompetitor. Meski demikian, perusahaan berhasil mempertahankan rasio leverage yang paling besar. Berdasarkan valuasi DCF, perseroan terlihat undervalued dengan nilai wajar Rp 3.247, sedangkan nilai pasar Rp 1.540. Perusahaan juga dinilai undervalued berdasarkan metrik penilaian relatifnya, dengan rasio Price to Earnings (PER) sebesar 1,06 dan Price to Book (PBV) sebesar 0,45. Hal ini dibandingkan dengan rata-rata PER industri sebesar 5,15. Oleh karena itu, disarankan bagi perusahaan untuk meminimalkan ketergantungannya pada subkontraktor dengan mengoptimalkan struktur biayanya. Investor tidak disarankan untuk membeli saham Indika Energy karena perusahaan sangat bergantung pada utang sehingga meningkatkan risiko terkait saham tersebut. Namun, disarankan untuk memantau kinerja perusahaan dalam dua hingga lima tahun ke depan. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan data yang lebih terkini dan pendekatan penilaian tingkat lanjut.