COVER Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 1 Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 2 Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 3 Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 4 Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza BAB 5 Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza PUSTAKA Desca Astarini Suryabrata
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza
Transfer dan pemanfaatan pengetahuan menjadi semakin penting untuk
keberhasilan organisasi yang beroperasi di pasar saat ini (Zack et al., 2009).
Pesatnya perkembangan teknologi mempercepat tumbuhnya inovasi di Perseroan
yang juga memberikan nilai kompetitif tersendiri. Hal ini mengakibatkan
persaingan antar perusahaan semakin ketat, termasuk industri konstruksi. Untuk
meningkatkan kinerja perusahaan secara konsisten, organisasi kini berupaya
beroperasi secara efektif dan efisien melalui digitalisasi. Selain itu, siklus
peningkatan kinerja dan inovasi yang cepat dipicu oleh era digitalisasi ini. Agar
akselerasi ini berhasil, pengetahuan harus dikelola secara optimal. Ini berarti bahwa
informasi harus dibuat, dikembangkan, dikelola, disimpan dan digunakan secara
efektif. Penggunaan pengetahuan yang tepat dapat menjadi salah satu kegiatan
untuk mendukung tujuan dan prioritas bisnis dalam suatu organisasi dengan strategi
pengelolaan pengetahuan yang efektif.
Perusahaan konstruksi milik negara PT. Waskita Karya (Persero) Tbk telah
menjalankan usahanya sejak tahun 1961. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Onyeagam et al. (2020), perusahaan konstruksi memiliki tingkat knowledge
management yang rendah. Padahal implementasi knowledge management secara
signifikan dapat meningkatkan persaingan, mengurangi risiko, meningkatkan
kolaborasi, mendorong inovasi dan profitabilitas, mempercepat penyelesaian
masalah, meningkatkan harga proyek, serta meningkatkan kepuasan dan
perlindungan klien sehingga dapat memberikan keunggulan taktis dan strategis
dalam konstruksi yang kompetitif. industri. Oleh karena itu penerapan knowledge
management di Waskita harus dilakukan untuk memberikan dampak atau nilai
tambah agar Perseroan dapat terus bersaing di pasar industri konstruksi.
Untuk memastikan upaya yang dilakukan berdampak pada Perusahaan, Waskita
perlu mengukur aktivitas manajemen pengetahuan dan melakukan evaluasi secara
berkala. Evaluasi dan pengukuran yang dilakukan harus sesuai dengan Visi dan
Misi Perusahaan, sehingga pengkajian dari Knowledge Management & Innovation
Department sebagai pusat pengetahuan Perusahaan yang berada dibawah Center of
Excellence Division di Waskita perlu ditinjau kembali untuk memastikan fungsi
dan sistem departemen telah sesuai dengan tujuan Perusahaan. Kemudian beberapa
permasalahan yang sering muncul pada proses manajemen pengetahuan antara lain
distribusi pengetahuan yang tidak merata dan dokumentasi pengetahuan yang
kurang optimal. Hal ini dapat terjadi karena sejumlah alasan, termasuk kurangnya
iv
kepemimpinan, budaya, dan kesadaran akan potensi dampak. Pemanfaatan kembali
pengetahuan akan terhambat dan berdampak kurang optimal terhadap hasil yang
diharapkan jika ketersediaan informasi repositori tidak mendukung kegiatan bisnis
Perusahaan. Karyawan perlu memahami apa yang dapat mereka lakukan dengan
memanfaatkan manajemen pengetahuan dengan melalui tahapan penting yaitu
ruang untuk berpikir dan berefleksi kembali untuk memastikan pembelajaran yang
berkelanjutan.
Menurut Young, R., Nair, P., Yasin, I., & D'Souza, R (2018) untuk Asian
Productivity Organization (APO) mencakup berbagai kegiatan yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi penerapan manajemen pengetahuan di dalam
sebuah organisasi. Namun, untuk menentukan pendekatan mana yang paling tepat,
perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini dibagi menjadi enam kategori, yaitu
Leadership, Processes, People, Technology, Knowledge Process, dan Learning &
Innovation. Kategori-kategori tersebut di atas dapat menjadi landasan bagi potensi
penyelesaian kendala yang dihadapi oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. Namun
demikian, terdapat kelangkaan studi kasus yang mengkaji penerapan manajemen
pengetahuan praktik terbaik di Indonesia, khususnya dalam sektor konstruksi. Oleh
karena itu, ada kebutuhan untuk meninjau kembali gagasan melakukan studi
tambahan.