Kementerian ESDM mengumumkan bahwa perdagangan karbon pada fase pertama
akan dilaksanakan pada tahun 2023 yang dimulai dari PLTU batubara. Oleh karena
itu, setiap unit pembangkit listrik memiliki kewajiban untuk menghitung emisi
GRK. Selanjutnya, setiap instansi perlu melaksanakan upaya optimasi emisi
karbon. PLTU Paiton Energy merupakan salah satu PLTU batubara yang wajib
mengikuti mekanisme perdagangan karbon sesuai regulasi pemerintah. Saat ini,
PLTU Paiton Energy telah mengidentifikasi emisi GRK secara manual. Namun,
belum menyediakan informasi yang dapat mendukung efisiensi kegiatan
perdagangan karbon di masa yang akan datang. Dalam mendukung efisiensi
kegiatan perdagangan karbon, prediksi emisi dapat dimanfaatkan sebagai
implementasi strategi pengurangan emisi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
berfokus pada pengembangan model prediktif yang dapat memberikan informasi
prediksi emisi karbon, konsumsi bahan bakar batubara, dan gross electricity sebagai
upaya optimasi emisi karbon, serta mendukung pengambilan keputusan dalam
kegiatan perdagangan karbon menggunakan metodologi CRISP-DM (The Cross
Industry Standard Process for Data Mining). Evaluasi dilakukan dengan mengukur
performa model yang telah dibangun menggunakan metrik MAE, RMSE, dan
MAPE. Pelatihan model menggunakan lima model machine learning, yaitu Linear
Regression, Support Vector Regression, Decision Tree Regression, Random Forest
Regression, dan LightGBM.
Pengembangan model prediktif menggunakan pendekatan machine learning
dengan menggabungkan model time series dan model regresi. Model time series
akan memprediksi setiap feature atau variable sebagai input pada model regresi
untuk melakukan prediksi emisi karbon. Kemudian, informasi keputusan
perdagangan karbon menerapkan rule-oriented decision support systems. Hasil
pengujian untuk setiap model pada PLTU Paiton Energy Unit 3, Unit 7, dan Unit 8
menghasilkan Model Decision Tree Regression sebagai model terbaik pada model
time series Metode 1 dan Metode CEMS. Selanjutnya, Model Linear Regression
menjadi model terbaik pada model regresi dalam memprediksi emisi CO2e Metode
1. Kemudian, Model Random Forest Regression menjadi model terbaik pada
prediksi emisi CO2 Metode CEMS menggunakan model regresi.
Analisis hasil pengujian pada setiap model yang telah dikembangkan di PLTU
Paiton Energy menghasilkan insight bahwa kualitas model sangat bergantung pada
karakteristik data dan pemilihan model yang sesuai. Unit dengan data yang
memiliki hubungan linear dengan target prediksi menunjukkan hasil prediksi yang
lebih akurat menggunakan Model Linear Regression, sedangkan unit dengan data
non-linear memerlukan model yang lebih kompleks, seperti Model Decision Tree
Regression, Model Random Forest Regression, Model LightGBM, dan Model
Support Vector Regression untuk mengatasi volatilitas dan outlier.
Implementasi model prediksi emisi karbon untuk tahun 2024 menghasilkan
keputusan perdagangan karbon yang berbeda antara Metode 1 dan Metode CEMS.
Hasil keputusan pada Metode 1 dan Metode CEMS untuk Unit 3 adalah “menjual
emisi”. Namun, hasil keputusan pada Metode 1 untuk Unit 7 dan Unit 8
menghasilkan keputusan untuk “membeli emisi”. Di sisi lain, hasil keputusan pada
Metode CEMS untuk Unit 7 dan Unit 8 adalah “menjual emisi”. Hasil keputusan
perdagangan karbon menunjukkan dampak yang signifikan dari perbedaan jumlah
emisi aktual dan fluktuasi data pada setiap metode saat pelatihan model sehingga
mempengaruhi hasil prediksi emisi.
Dengan dikembangkannya model prediktif pada penelitian ini, PLTU Paiton
Energy dapat mengetahui keputusan perdagangan karbon pada periode yang akan
datang berdasarkan hasil prediksi emisi karbon. PLTU Paiton Energy juga dapat
menyusun strategi dalam kegiatan perdagangan karbon dengan mengestimasi hasil
energi listrik yang dihasilkan serta mempertimbangkan hasil prediksi konsumsi
bahan bakar batubara dan prediksi emisi sehingga PLTU Paiton Energy dapat
mengindentifikasi dampak dari sisi lingkungan dan finansial di masa yang akan
datang.