digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dwi Novirani
PUBLIC Open In Flip Book Yoninur Almira

Kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk biji kakao, kakao pasta, lemak kakao maupun bubuk kakao diperdagangan internasional. Namun, masih belum mampu menyaingi negara eksportir lainnya seperti (Malaysia, Jerman, Belanda dan Pantai Gading) di pasar biji kakao maupun olahan. Rantai pasok Agroindustri akan melibatkan serangkaian kegiatan pasokan di lahan tanam, pemrosesan, persediaan dan pengiriman kepada pelanggan, yang menjadikan manajemen rantai pasok sebagai salah satu tulang punggung keberhasilan. Transportasi dalam distribusi merupakan salah satu supply chain driver yang berperan penting dalam proses aliran barang pada sebuah rantai pasok, dengan jarak kebun yang berjauhan membuat biaya transportasi distribusi tinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk proses transportasi mencapai 50,8% dari biaya total sebuah rantai pasok. Transportasi perlu dikelola untuk meminimasi biaya transportasi distribusi di dalam sistem rantai pasok agroindustri. Perkebunana kakao di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat 97,29%, swasta 1,37% dan perkebunan negara 1,34%. Tujuan penelitian adalah mengembangkan model simulasi interaksi antara aktor pada transportasi distribusi biji kakao dengan waktu tempuh dan biaya transportasi yang minimal untuk pemenuhan demand dalam agro industri kakao. Pendekatan secara mikro dapat menghasilkan output secara lebih rinci yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan yang lebih rinci dan terukur. Metodologi yang digunakan dalam riset transportasi distribusi biji kakao, adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan berisikan alur penelitian yang melalui tahapan penelitian awal, pengembangan model Agent-Based Modelling (ABM). Model statechart diagram dan model transportasi distribusi biji kakao dihasilkan dari program aplikasi berbasis komputer yang menggunakan software Anylogic. Pengembangan model ABM melalui sembilan proses yaitu: 1. Identifikasi rantai pasok dengan melihat sistem rantai pasok agroindustri kakao di Indonesia dengan studi kasus di Kabupaten batang Jawa Tengah. 2. Penentuan output model dan variabel-varibel input model. Output model dalam penelitian ini adalah waktu dan jarak transportasi distribusi, pertumbuhan agroindustri kakao Kabupaten Batang Jawa Tengah yang dicirikan dengan pemenuhan permintaan, dengan melihat value chain keseluruhan dan keuntungan stiap aktor. 3. Identifikasi aktor merupakan tahapan penentuan aktor-aktor yang terlibat dan relevan dalam sistem agroindustri kakao. Pada tahap identifikasi aktor akan dilihat aktor yang pada umumnya terlibat sesuai dengan skenario kondisi eksisting yaitu lima aktor yang terkait untuk satu alur skenario transportasi distribusi seperti petani, pedagang pengumpul desa dan kecamatan, pedagang besar, serta pabrik perantara, namun tidak menutup kemungkinan adanya penambahan ataupun penguranan aktor pada alur skenario yang lain 4. Identifikasi atribut dan perilaku/aktivitas aktor, didapatkan dari hasil wawancara dan melihat aktifitas aktor, kunci utama dalam ABM yaitu melakukan identifikasi atribut dan perilaku aktor. Masing-masing aktor dalam rantai pasok agroindustri kakao memiliki atribut dan perilaku yang berbeda. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki oleh setiap aktor dan perilaku aktor adalah aktivitas yang dilakukan aktor pada umumnya Perilaku masing-masing aktor dapat saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktor lainnya 5. Identifikasi kolaborasi interaksi antar aktor yang berguna untuk memecahkan permasalahan koordinasi disepanjang rantai pasok kakao, kolaborasi diantara pemangku kepentingan yang heterogen sangat penting untuk secara kolektif mencapai keunggulan kompetitif untuk hasil lingkungan, bisnis, dan masyarakat yang lebih baik. Faktor kunci yang membentuk karakteristik dan kinerja kolaborasi, yaitu faktor kolaborasi interaksi aktivitas aktor, harus terlebih dahulu diidentifikasi, yang dapat membantu pemangku kepentingan rantai pasok untuk memeriksa dan mengelola sistem kolaborasi untuk perbaikan, dengan menggunakan SEM-PLS dan Fuzzy AHP. 6. Identifikasi transportasi dan distribusi dilakukan dengan Identifikasi biaya transportasi dan distribusi dengan memperhatikan tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran sistem nyata pada sistem distribusi biji kakao saat ini yaitu dengan: a. Melihat sistem aliran informasi yang terjadi, melihat sistem hubungan dan aktivitas distribusi serta melihat sistem proses aliran distribusi, b. Medeskripsikan sistem dan karakteristik sistem distribusi biji kakao, dimaksudkan untuk menjelaskan hal-hal terkait proses dan struktur distribusi, tujuan dari proses distribusi serta hubungan dalam sistem distribusi, karakteristik sistem distribusi dan aktor yang terlibat c. Menghitung Komponen biaya berdasarkan ilustrasi model matematika dalam minimasi biaya dan waktu transportasi dari gambar konsep jaringan transportasi distribusi beserta rute perjalanannya. 7. Identifikasi aktivitas/behavior keseluruhan setiap aktor, Identifikasi aktivitas/perilaku setiap aktor dilakukan untuk mengetahui pergerakan aktivitas apa yang dilakukan yang berguna untuk perhitungan biaya transportasi 8. Perancangan model konsep interaksi antar aktor, Perancangan model konseptual dirancang untuk memberikan gambaran yang sederhana akan kompleksitas keadaan yang terjadi. Metodologi yang didisain dalam perancangan model ini adalah dengan melihat kondisi di lapangan berupa studi pada objek yang diteliti kemudian dituangkan dalam bentuk diagram atau gambar yang menunjukkan lokasi dan jaringan distribusi serta hubungan dan keterkaitan antar aktor mulai dari aktor petani sampai dengan pabrik perantara 9. Perancangan simulasi. Simulasi berbasis aktor digunakan untuk menangkap tindakan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh aktor pada tingkat individu, yang tidak dapat ditangkap dalam simulasi dinamika sistem, dengan langkah-langkah yang dimulai dari pemilihan aktor yang akan dimasukkan ke dalam model, yang dilanjutkan dengan penentuan perilaku masing-masing aktor ke dalam model, dan diakhiri dengan langkah pemasokan ke Unit Pengolahan Hasil dan ke pabrik perantara kakao. Ada enam skenario transportasi distribusi yang diteliti, yaitu skenario nol (eksisting), skenario 1 (eksisting optimal), skenario2 (usulan ke 1), skenario 3 (usulan ke 2) dan skenario 4 (usulan ke 3) serta skenario 5 (usulan eksperimen). Skenario dengan kapasitas optimal yaitu skenario 1 sampai dengan 4 dipilih yang paling efisien yang kemudian dibuat skenario 5 dengan Agentbased Modeling dihasilkan emergent kepercayaan yang dapat mengefisienkan rantai pasok sesuai dengan luaran yang diinginkan, yang diharapakan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan. Penelitian Topik riset doktoral ini telah berhasil baik dalam perspektif eksplorasi teoritis maupun praktis. Dalam perspektif teoritis, kebaruan dalam riset ini adalah dilakukannya uji simulasi metodologi riset dengan ABM sebagai wahana pengujian atas metodologi klasik yang umumnya bersifat optimasi rantai pergerakan dengan parameter utama efisiensi waktu tempuh dan biaya angkutan. Kebaruan teoritis ini menarik karena berhasil mengeksplorasi sequential process baru dalam memodelkan dan menganalisa pola dan kinerja rantai angkutan produk kakao melalui pendekatan bottom-up, yaitu dengan memulai dari pemetaan perilaku dari tiap agent/aktor yang terlibat dalam proses produksi dan angkutan produk kakao dari petani, pedagang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan, pedagang besar, hingga pabrik perantara, baik pada kondisi eksisting maupun melalui pengembangan beberapa skenario. Penelitian ini telah berhasil mengembangkan model simulasi interaksi antara aktor pada transportasi distribusi biji kakao dengan waktu tempuh dan biaya transportasi yang minimal untuk pemenuhan demand berkualitas dalam agro industri kakao Luaran penelitian ini adalah model simulasi interaksi antara aktor pada transportasi distribusi biji kakao yang mempunyai kemampuan untuk menunjukkan hubungan antar komponen sistem secara lebih rinci (tingkat mikro) dan dapat menjadi masukan dalam perumusan kinerja (output) pada tingkat makro di rantai pasok kakao dalam pemenuhan permintaan akan kebutuhan domestik industri kakao, dengan mempertimbangkan kualitas biji kakao, waktu tempuh dan biaya pengiriman serta keuntungan setiap aktor.