Bauran energi primer di Indonesia didominasi oleh bahan bakar fosil. Penggunaan
bahan bakar fosil yang terus dilakukan mengakibatkan kerusakan lingkungan
dalam bentuk emisi karbon dioksida (CO2). Peningkatan penggunaan energi baru
terbarukan dapat membantu mengurangi emisi CO2 dimana pemanfaatannya
bergantung dengan potensi lokal masing-masing daerah. Potensi energi baru
terbarukan di Indonesia sangat melimpah, dimana potensi teknis terbesar berasal
dari energi surya. PLTS atap sebagai salah satu teknologi pembangkitan listrik
dari energi surya masih sangat terbatas jumlah penggunanya di Indonesia.
Keterbatasan jumlah pengguna ini diduga sebagai akibat dari belum diketahuinya
persepsi masyarakat Indonesia terhadap penerimaan teknologi PLTS atap.
Penelitian terdahulu melihat penerimaan sebagai intensi dan penelitian yang
jelberfokus pada penerimaan teknologi PLTS atap di berbagai daerah dalam
mempengaruhi penerimaan teknologi PLTS atap di daerah tersebut juga melihat
penerimaan sebagai intensi. Dari hasil penelusuran awal didapatkan intensi dapat
diintegrasikan dengan ekspektasi dalam melihat penerimaan teknologi, sehingga
pada penelitian ini faktor-faktor yang mendorong penerimaan teknologi PLTS
atap dilihat melalui intensi dan ekspektasi. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana faktor intensi (behavioral intention,
BI) dan ekspektasi (behavioral expectation, BE) masyarakat Indonesia dalam
mendorong penerimaan teknologi PLTS atap. Intensi dipengaruhi oleh variabel
performance expectancy (PE), effort expectancy (EE), social influence (SI) dan
price value (PV), sedangkan ekspektasi dipengaruhi oleh variabel social influence
(SI), facilitating conditions (FC), government incentives (GI) dan intensi (BI)
dengan variabel moderasi umur (AGE), jenis kelamin (GDR), dan pengalaman
terhadap teknologi PLTS atap (EXP). Responden penelitian ini adalah individu
masyarakat Indonesia yang belum melakukan pemasangan PLTS atap di tempat
tinggalnya, dimana individu ini sudah memiliki rumah dan menjadi pengambil
keputusan utama di rumahnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
Partial Least Square (PLS) Structural Equation Modelling (SEM).
Dari penelitian ini didapatkan 167 responden yang memenuhi kriteria dan
disimpulkan bahwa untuk melihat penerimaan teknologi PLTS atap di Indonesia,
faktor price value (PV) dan effort expectancy (EE) menjadi faktor pendorong yang
signifikan dalam mempengaruhi intensi (BI) dan yang menjadi pendorong utama
adalah PV. Faktor social influence (SI) dan intensi (BI) signifikan dalam
mempengaruhi ekspektasi (BE) masyarakat Indonesia dalam menerapkan
teknologi PLTS atap dan yang menjadi pendorong utama adalah BI. Variabel
moderasi umur (AGE) signifikan positif dalam mempengaruhi hubungan antara SI
dengan BI, dimana berdasarkan visualisasi analisis simple slope, generasi yang
lebih tua lebih mempertimbangkan opini orang disekitarnya dalam mempengaruhi
intensi penerapan teknologi PLTS atap. Hubungan ini kemudian dikonfirmasi
pada analisis multigrup, dimana hasilnya selaras yaitu untuk hubungan SI
terhadap BI terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori umur yang lebih
muda dengan yang lebih tua.