digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar Belakang dan Tujuan: Interaksi padat-padat baik dalam bentuk fisika dan kimia dapat terjadi dalam kombinasi antara bahan aktif dengan bahan aktif atau bahan aktif dengan eksipien dalam suatu sediaan farmasi. Interaksi fisika dapat digolongkan menjadi sistem interaksi fisika eutektikum, peritektikum, dan senyawa molekular berdasarkan bentuk diagram fase campuran dari sistem dua komponen. Itrakonazol dan asam malonat telah dilaporkan memiliki interaksi sebagai senyawa molekuler/ko-kristal dan telah berhasil diisolasi dengan metode solvent drop grinding dan slow evaporation. Sedangkan interaksi fisika antara asam mefenamat dan isonikotinamid belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi interaksi fisika itrakonazol (ITZ) dengan asam malonat (MAL) menggunakan teknik lain, yaitu liquid antisolvent dan meneliti jenis interaksi dari asam mefenamat (AM) dengan isonikotinamid (INA) serta melakukan isolasi hasil interaksinya dengan metode solvemt drop grinding sebagai metode yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pembentukan interaksi terhadap kelarutan dan higroskopisitas bahan aktif. Metode : Pada penelitian ini dilakukan pembuatan diagram fase menggunakan data suhu lebur campuran fisik kedua kombinasi dalam perbandingan 0:10; 1:9; 2:8; 10:0 yang ditetapkan dengan elektrotermal. Selanjutnya interaksi fisika itrakonazol dengan asam malonat (2: l) dengan metode liquid antisolvent serta asam mefenamat dengan isonikotinamid (1 : l) diisolasi dengan metode solvent drop grinding menggunakan pelarut etanol dan etil asetat. Karakterisasi interaksi fisika dilakukan dengan analisis titik lebur (Electrothermal 9100), Differential Thermal Analysis (DTA), serta difraksi sinar X serbuk (PXRD). Pada tahap berikutnya dilakukan analisis kelarutan kedua bahan aktif dalam bentuk interaksi fisikanya menggunakan spektrofotometer UV; serta uji higroskopisitas dengan penyimpanan hasil interaksi fisik di dalam desikator dengan kelembaban relatif 99% menggunakan Titrasi Karl Fischer sebagai metode penetapan kadar airnya. Hasil : Dari data uji titik lebur menggunakan Electrothermal dan DSC/DTA diperoleh diagram fasa terbentuk kurva yang mengindikasikan pembentukan senyawa molekuler ITZMAL dan AM-INA. Data PXRD menunjukkan puncak baru pada campuran interaksi ITZ-MAL pada 20 : 8,671; 10,080; 14,4090 , sedangkan pada campuran interaksi AM-INA tidak terdapat puncak baru, sehingga diindikasikan AM — INA hanya membentuk interaksi eutektikum. Untuk data termogram DTA dari ITZMAL ditemukan puncak endotermik baru pada 167 oc dan AM-INA pada 149,5 0C (SDG-Etan01) dan 148,40C (SDG-Eti1 asetat). Hasil analisis spektroskopi inframerah menunjukkan adanya pergeseran pada O-H stretch dari 2927 cm-I ke 2923 cm-I , C-N stretch dari 1457 cm-I ke 1454 cm- serta C=N stretch dari 1612 cm-I ke 1623 cm-I pada ITZ-MAL. Sedangkan pada AM-INA, terjadi pergeseran N-H stretch dari 3367 cm- menjadi 3359 cm-I ; dan 3185 cm-I menjadi 3178 cm-1 Kelarutan ITZ dan AM meningkat dengan metode pencampuran masing-masing, dengan tingkat higroskopisitas menjadi lebih tinggi dibanding komponen tunggal. Kesimpulan : Pembentukan senyawa molekular/ko-kristal itrakonazol — asam malonat dapat dilakukan dengan metode liquid antisolvent. Hasil interaksi fisika itrakonazol — asam malonat tersebut menunjukkan puncak khas 20 : 8,671; 10,080; 14,4090 dan memiliki suhu lebur 1640C. Hasil interaksi fisika itrakonazol dengan asam malonat memiliki kelarutan dua kali lebih tinggi dibandingkan itrakonazol tunggal. Di Sisi lain, hasil interaksi tersebut meningkatkan higroskopisitas itrakonazol dibanding itrakonazol tunggal. Asam mefenamat dan isonikotinamida membentuk interaksi fisika eutektikum pada perbandingan dengan metode solvent drop grinding. Interaksi tersebut memiliki suhu lebur 148,4 149,5 0C dan tidak menunjukkan puncak khas pada difraktogram dibandingkan campuran fisiknya. Hasil interaksi fisika asam mefenamat dengan isonikotinamida tersebut memiliki kelarutan 60 kali lebih tinggi dibandingkan asam mefenamat tunggal. Uji higroskopisitas menunjukkan hasil interaksi tersebut memiliki tingkat kadar air yang lebih tinggi.