Perpustakaan Digital ITB

Prevalensi penyakit asma terus meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan obat konvensional yang kini ada, selain memberikan khasiat juga memberikan efek samping yang tidak sedikit. Hal ini membuka ketertarikan untuk menggunakan tanaman sebagai alternatif pengobatan penyakit asma. Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman yang berbagai bagiannya tidak hanya kaya akan nutrisi, tetapi juga telah digunakan secara luas di masyarakat sebagai obat, dan salah satunya diduga memiliki keefektifan sebagai anti-asma. Penelitian aktivitas anti-asma ini menggunakan metode pengujian perbaikan pola pernapasan pada marmot jantan dan pengujian antiinflamasi padà tikus Wistar jantan. Hasil pengujian perbaikan pola pernapasan menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna pada intesitas napas antar kelompok pengamatan (ekstrak dosis 25 mg/kg bb marmot, 75 mg/kg bb marmot, dan 225 mg/kg bb marmot) dibandingkan kelompok kontrol, tetapi memiliki perbedaan bermakna (p<0,05) pada penurunan frekuensinya, sejalan dengan efek yang diberikan oleh metilprednisolon 4,5 mg/kg bb marmot dan salbutamol 4 mg/kg bb marmot. Sedangkan hasil pengujian antiinflamasi menunjukkan penurunan persen peradangan pada masing-masing kelompok pengamatan (ekstrak dosis 25 mg/kg bb tikus, 75 mg/kg bb tikus, dan 225 mg/kg bb tikus) memperlihatkan perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol mulai dari menit ke 30 hingga menit ke 360, sejalan dengan efek penurunan yang diberikan oleh metilprednisolon 4,5 mg/kg[bb tikus. Sehingga kesimpulannya, ekstrak air daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) pada dosis pemberian (25 mg/kg bb, 75 mg/kg bb, dan 225 mg/kg bb) memberikan efek terhadap penurunan frekuensi pernapasan dan efek antiinflamasi pada model hewan asma yang diinduksi histamin dihidroklorida 0,1%. Efek perbaikan pola pernapasan dan antiinflamasi terbaik ditunjukkan oleh ekstrak dosis 75 mg/kg bb. Salah satu mekanisme antiasma adalah melalui efek antiinflamasi.