Jamur merupakan salah satu penyebab penyakit kulit di Indonesia. Obat antijamur
konvensional memang berkhasiat, tetapi memiliki efek samping, sehingga peluang untuk
mengembangkan tanaman obat sebagai obat alternatif antijamur sangat besar,
Tamarindus indica L. digunakan oleh masyarakat sebagai tangkringan pada kandang
burung untuk mencegah jamur tumbuh pada kaki burung, sehingga diduga kulit batang
Tamarindus indica L. memiliki aktivitas antijamur. Penelitian ini menggunakan metode
in vitro yaitu mikrodilusi, difusi agar, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) bioautografi, uji
kesetaraan obat pembanding, Scanning Electron Microscope (SEM), dan uji in situ pada
punggung kelinci. Hasil pengujian mikrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi
kulit batang asam jawa mempunyai aktivitas antijamur pada jamur dermatofit yaitu
Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Microsporum gypseum,
sementara pada Candida utilis, Candida albicans, Fusarium sp., Aspergillus niger,
Aspergillus nidulan, Aspergillus flavus, dan Aspergillus oryzae tidak memiliki aktivitas
antijamur. Hasil difusi agar menunjukan adanya aktivitas antijamur ekstrak etanol kulit
terhadap T. mentagrophytes, M. canis dan M. gypseum pada konsentrasi 15% dengan
diameter 18,37±0,34 mm, 13,43±0,29 mm dan 14,67±0,12 mm. Aktivitas ekstrak nheksana terhadap T. mentagrophytes, M. canis dan M. gypseum pada konsentrasi 15%
dengan diameter 26,27±0,39 mm, 17,7±0,40 mm, 17,53±0,50 mm, aktivitas antijamur
ekstrak minyak terhadap T. mentagrophytes ditunjukkan pada konsentrasi 30% dengan
diameter hambat 15,24±0,22 mm, sedangkan terhadap M. canis dan M. gypseum pada
konsentrasi 50% dengan diameter hambat 15,47±0,17 mm dan 14,0± 0,16 mm. Nilai
kesetaraan aktivitas antijamur diperoleh pada jamur uji T. mentagrophytes dimana 1 mg
ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, ekstrak minyak, fraksi air, fraksi etilasetat serta fraksi
n-heksana setara dengan 0,00133 mg, 0,00199 mg, 0,00219 mg, 0,00124 mg, 0,00161
mg, dan 0,00169 mg mikonazol nitrat, sedangkan pada jamur uji M. gypseum 1 mg
ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, ekstrak minyak, fraksi air, fraksi etilasetat serta fraksi
n-heksana setara dengan 0,0028 mg, 0,0023 mg, 0,0052 mg, 0,0022 mg, 0,0040 mg, dan
0,0020 mg mikonazol nitrat. Pada jamur uji M. canis 1 mg ekstrak etanol, ekstrak nheksana, ekstrak minyak, fraksi air, fraksi etilasetat serta fraksi n-heksana setara dengan
0,0016 mg, 0,0019 mg, 0,0029 mg, 0,0016 mg, 0,0015 mg, dan 0,0012 mg mikonazol
nitrat. Uji KLT Bioautografi pada ekstrak n-heksana dan ekstrak minyak mampu
menunjukan adanya zona bening sebagai bukti aktivitas antijamur. Uji SEM menunjukan
adanya gambaran perubahan dari ukuran, bentuk serta kerapatan pertumbuhan hifa jamur
jika dibandingkan dengan kontrol dan obat pembanding. Uji topikal pada punggung
kelinci diperoleh hasil bahwa ekstrak minyak berbasis salep memberikan efek adanya
pengurangan eritema dan udem serta sembuh pada hari ke-14, dan krim mikonazole 2%
menunjukan kesembuhan pada hari ke-12, sementara salep n-heksana 2%, krim ekstrak nheksana 2 %, dan krim ekstrak minyak 2% tidak memiliki pengaruh bermakna jika
dibandingkan dengan kontrol. Dari uji in vitro dan in situ menunjukan adanya aktivitas
antijamur dimana ekstrak n-heksana dan ekstrak minyak memiliki aktivitas paling baik,
hal ini menunjukan bahwa senyawa non polar yang memiliki peranan dalam aktivitas
antijamur ini. Adanya aktivitas antijamur dari kulit batang asam jawa baik secara in vitro
maupun secara in situ, dimana senyawa nonpolarlah yang diduga memiliki peranan
penting dalam aktivitas tersebut.
.