Neuroproteksi merupakan upaya perlindungan neuron untuk mengurangi kerusakan saraf pada
kondisi seperti Parkinson, cedera otak traumatis dan stroke iskemik. Beberapa mekanisme
bahan alam yang telah diketahui sebagai neuroprotektor adalah melalui supresi stres oksidatif
dan neuroinflamasi yang merupakan penyebab utama gangguan neurologis. Tanaman yang
diduga berpotensi memiliki efek tersebut Piper cubeba L. f., di Indonesia dikenal sebagai
kemukus. Tujuan penelitian ini adalah menemukan kandidat agen neuroprotektif potensial
yang dapat digunakan pada gangguan neurologis, salah satunya stroke iskemik. Penelitian
diawali dengan pembuatan bahan uji yang terdiri dari ekstrak etanol 70% (PC70), ekstrak
etanol 96% (PC96), fraksi lignan (DCM) dan minyak atsiri (PO) buah P. cubeba. Selanjutnya
dilakukan karakterisasi ekstrak. Analisis kandungan senyawa kimia ekstrak dilakukan degan
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cair-spektrometri massa/liquid chromatography–
mass spectrometry (LC-MS) dan kromatografi gas-spektrometri massa/gas chromatographymass spectrometry (GC-MS). Pengujian farmakologi diawali dengan uji aktivitas antioksidan
pada otak tikus, kemudian bahan uji dengan aktivitas terbaik dilanjutkan ke uji neuroprotektif
pada hewan dengan gangguan kognitif. Hasil terbaik dari uji ini kemudian diformulasikan
menjadi nanoemulsi, setelah itu diujikan terhadap aktivitas antioksidan nanoemulsi P.cubeba
di otak dengan dua rute pemberian yaitu secara oral dan intranasal. Terakhir dilakukan uji
aktivitas neuroproteksi nanoemulsi P. cubeba pada model hewan stroke iskemik. Pada
penelitian awal, hasil uji efek antioksidan pada otak tikus menunjukkan semua kelompok uji
(PC96, PC70, DCM dan PO) berpotensi menghambat enzim lipid peroksidase secara signifikan
(p<0,05) dibanding kontrol. Aktivitas CAT pada semua kelompok menunjukkan peningkatan
secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol, kecuali pada kelompok PC70. Semua
kelompok uji juga menunjukkan kadar NO yang lebih rendah secara signifikan (p<0,05)
dibandingkan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan P. cubeba berpotensi
sebagai neuroprotektor dengan aktivitas antioksidan otak terutama pada kelompok PC96 dan
DCM. Uji kedua dilakukan pada model hewan gangguan kognitif menggunakan
Electroconvulsive Shock (ECS). Fungsi kognitif hewan diuji dengan Morris water maze
(MWM), dan dilakukan pengambilan otak untuk uji lipid peroksidase, SOD, CAT, TNF-? dan
IL-1?. Hasil uji MWM menunjukkan PC96 dan DCM dapat meningkatkan fungsi kognitif
secara signifikan (p<0,05) ditandai dengan penurunan escape time hingga 70% lebih baik
dibandingkan dengan kontrol ECS. Hasil pemeriksaan homogenat otak menunjukkan PC96
dan DCM meningkatkan aktivitas CAT di hipotalamus maupun di serebral korteks secara
signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol ECS. Sedangkan peningkatan aktivitas SOD hanya
terjadi di korteks. Bahan uji DCM hanya meningkatkan aktivitas CAT di hipokampus dan SOD
di korteks secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol ECS, namun tidak ada pengaruh
terhadap lipid peroksidase. Pemberian PC96 dan DCM pada model ECS juga mampu
menurunkan kadar TNF-? dan IL-1? secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol
ECS dan sebanding terhadap citicoline. Kemudian PC96 dan DCM diformulasikan menjadi
nanoemulsi. Hasil uji stabilitas termodinamika nanoemulsi ekstrak (NE) dan fraksi (NF) P.
cubeba menunjukkan nanoemulsi yang stabil, serta tidak ada perubahan ukuran maupun indeks
polidispersitas (PDI) yang bermakna. NE dan NF kemudian ditambahkan kitosan 0,5% untuk
pemberian intranasal (KNE dan KNF). Hasil uji aktivitas katalase otak menunjukkan NE p.o,
NF p.o, KNE intranasal dan NE intranasal, dapat meningkatkan aktivitas katalase di
hipokampus secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kontrol. Namun hanya NE p.o dan KNE
intranasal yang meningkatkan aktivitas katalase di korteks prefrontal secara signifikan
(p<0,05) dibandingkan kontrol. Nanoemulsi (PCN) dan ekstrak etanol 96% P. cubeba (PCE),
dilanjutkan pada uji neuroprotektif pada model hewan stroke iskemik. Hewan stroke iskemik
diiduksi menggunakan model tMCAO. Hasil penelitian menunjukkan induksi tMCAO dengan
oklusi 1 jam menyebabkan gangguan neurologi ringan hingga sedang. Pemberian PCN maupun
PCE dapat menyebabkan penurunan keparahan gangguan neurologi menjadi gangguan ringan.
Hasil pewarnaan otak dengan TTC menunjukkan infark yang lebih rendah secara signifikan
(p<0,001) pada kelompok PCN dibanding kontrol MCAO. Hasil pengujian homogenat otak
menunjukkan PCN dapat menghambat lipid peroksidase secara signifikan (p<0,001)
dibandingkan kontrol MCAO, meningkatkan aktivitas katalase dan glutation secara signifikan
(p<0,001) dibandingkan kontrol MCAO. Begitu juga dengan sitokin inflamasi di otak, PCN
dapat menurunkan konsentrasi TNF-? terutama di hemisfer infark secara signifikan (p<0,05)
dibandingkan kontrol MCAO. Namun penurunan IL-1? lebih baik pada kelompok PCE. Hanya
PCN100 yang menunjukkan peningkatan sitokin antiiflamasi (IL-10) secara signifikan
(p<0,05) dibandingkan kontrol MCAO. Oleh karena itu dapat disimpulkan PCN maupun PCE
menunjukkan aktivitas neuroprotetif pada hewan yang diinduksi tMCAO dengan aktivitas
terbaik ditunjukkan oleh PCN. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa P. cubeba dalam bentuk nanoemulsi lebih berpotensi sebagai neuroprotektor
dibandingkan ekstrak, dan dapat dikembangkan sebagai agen neuroprotektif yang dapat
mengurangi dampak cedera reperfusi stroke iskemik melalui peningkatan antioksidan,
penurunan sitokin proinflamasi dan peningkatan sitokin antiinflamasi di otak.