digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Vendor Managed Inventory (VMI) merupakan salah satu strategi kolaborasi dalam rantai pasok untuk mengoptimalkan ketersediaan barang dengan biaya minimal bagi kedua pelaku kolaborasi. PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai perusahaan pembeli telah mengadopsi konsep VMI pada penyediaan bahan bakar minyak dan mendapatkan manfaat jaminan ketersediaan. Untuk memperoleh manfaat VMI yang lebih besar maka perusahaan perlu memperluas cakupan implementasi VMI pada penyediaan barang lain yang dibutuhkan perusahaan. Ketiadaan perangkat untuk menilai kesiapan implementasi VMI suatu produk menjadi salah satu hambatan untuk mengimplementasikannya pada jenis barang yang lain. Penelitian terdahulu telah mengembangkan model penilaian kesiapan perusahaan dalam menerapkan VMI. Model penilaian ini belum komprehensif, hanya menilai kesiapan dari perspektif salah satu pihak baik itu perusahaan pembeli atau vendor pemasok. Selain itu, produk apa yang dapat dikelola dengan sistem VMI dalam suatu perusahaan belum terjawab. Kedua hal ini merupakan celah penelitian untuk mengembangkan model penilaian kesiapan implementasi VMI suatu produk bagi pihak perusahaan pembeli dan pihak vendor pemasok. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, penelitian ini merancang model penilaian kesiapan implementasi VMI suatu produk melalui pengembangan model acuan dengan teknik analisis PLS-SEM dan pendekatan confirmatory factor analysis. Penelitian ini menghasilkan dua instrumen penilaian kesiapan VMI yang diperuntukkan bagi perusahaan pembeli dan bagi vendor pemasok. Hasil uji coba instrumen penilaian terhadap tiga produk yang digunakan perusahaan menunjukkan bahwa instrumen yang diusulkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan kesiapan VMI suatu produk dalam perusahaan. Produk bahan bakar minyak berada pada kisaran skor VMI siap diimplementasikan, produk pelumas berada pada kisaran skor VMI perlu dipertimbangkan, dan produk rem blok berada pada kisaran skor VMI tidak siap diimplementasikan. Kata kunci: