Vendor Managed Inventory (VMI) merupakan salah satu strategi kolaborasi dalam
rantai pasok untuk mengoptimalkan ketersediaan barang dengan biaya minimal
bagi kedua pelaku kolaborasi. PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai
perusahaan pembeli telah mengadopsi konsep VMI pada penyediaan bahan bakar
minyak dan mendapatkan manfaat jaminan ketersediaan. Untuk memperoleh
manfaat VMI yang lebih besar maka perusahaan perlu memperluas cakupan
implementasi VMI pada penyediaan barang lain yang dibutuhkan perusahaan.
Ketiadaan perangkat untuk menilai kesiapan implementasi VMI suatu produk
menjadi salah satu hambatan untuk mengimplementasikannya pada jenis barang
yang lain.
Penelitian terdahulu telah mengembangkan model penilaian kesiapan perusahaan
dalam menerapkan VMI. Model penilaian ini belum komprehensif, hanya menilai
kesiapan dari perspektif salah satu pihak baik itu perusahaan pembeli atau vendor
pemasok. Selain itu, produk apa yang dapat dikelola dengan sistem VMI dalam
suatu perusahaan belum terjawab. Kedua hal ini merupakan celah penelitian untuk
mengembangkan model penilaian kesiapan implementasi VMI suatu produk bagi
pihak perusahaan pembeli dan pihak vendor pemasok. Untuk mengatasi
kesenjangan tersebut, penelitian ini merancang model penilaian kesiapan
implementasi VMI suatu produk melalui pengembangan model acuan dengan
teknik analisis PLS-SEM dan pendekatan confirmatory factor analysis.
Penelitian ini menghasilkan dua instrumen penilaian kesiapan VMI yang
diperuntukkan bagi perusahaan pembeli dan bagi vendor pemasok. Hasil uji coba
instrumen penilaian terhadap tiga produk yang digunakan perusahaan menunjukkan
bahwa instrumen yang diusulkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk
menentukan kesiapan VMI suatu produk dalam perusahaan. Produk bahan bakar
minyak berada pada kisaran skor VMI siap diimplementasikan, produk pelumas
berada pada kisaran skor VMI perlu dipertimbangkan, dan produk rem blok berada
pada kisaran skor VMI tidak siap diimplementasikan.
Kata kunci: