Sektor konstruksi di Indonesia adalah pendorong pertumbuhan ekonomi, memainkan peran penting dalam pengembangan infrastruktur. Dalam industri yang dinamis ini, PT Multi Phi Beta beroperasi sebagai konsultan teknik yang mengkhususkan diri dalam desain rekayasa jalan dan pengawasan konstruksi, yang berkontribusi pada proyek infrastruktur nasional. Meskipun posisinya yang strategis, perusahaan menghadapi tantangan dalam lingkungan yang sangat kompetitif yang menuntut efisiensi operasional, sehingga sangat penting untuk memanfaatkan pengetahuan kolektifnya untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Masalah utama bagi PT Multi Phi Beta adalah tingginya turnover karyawan akibat sifat proyek yang bersifat jangka pendek, yang mengakibatkan risiko kehilangan pengetahuan yang substansial. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kondisi kesiapan manajemen pengetahuan saat ini di PT Multi Phi Beta, mengidentifikasi kekurangan dalam implementasi manajemen pengetahuan, dan merekomendasikan strategi untuk mengurangi kehilangan pengetahuan, dengan demikian meningkatkan efisiensi keseluruhan implementasi manajemen pengetahuan
Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran untuk mengumpulkan data. Data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner online yang didistribusikan melalui Google Forms ke semua divisi di PT Multi Phi Beta, disusun berdasarkan kerangka kerja manajemen pengetahuan dari Asian Productivity Organization (APO). Pendekatan sistematis ini memastikan pengumpulan data yang komprehensif di seluruh organisasi. Sebagai pelengkap, data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur, memberikan wawasan dan konteks yang lebih mendalam terhadap temuan survei. Metode ini memungkinkan fleksibilitas dan adaptabilitas, menawarkan informasi mendalam sambil menjaga arah yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis kemudian memanfaatkan triangulasi data untuk memvalidasi hasil dari kedua metode tersebut. Temuan menunjukkan bahwa tingkat kesiapan manajemen pengetahuan saat ini di PT Multi Phi Beta berada pada tahap inisiasi, dengan skor 100 dari 210 poin. Skor ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan mengakui pentingnya manajemen pengetahuan, mereka belum sepenuhnya mengintegrasikan praktik manajemen pengetahuan ke dalam operasionalnya. Analisis kuantitatif menyoroti kekurangan yang signifikan dalam kepemimpinan, proses pengetahuan, dan sumber daya manusia, dengan skor rata-rata masing-masing 11,80, 12,15, dan 12,54 dari 30. Meskipun teknologi mendapatkan skor tertinggi sebesar 20,97, masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Umpan balik kualitatif memperkuat temuan ini, menunjukkan perlunya penguatan kepemimpinan, penyempurnaan proses pengetahuan, dan peningkatan keterlibatan karyawan dalam aktivitas manajemen pengetahuan. Untuk mengatasi kekurangan ini dan mengurangi kehilangan pengetahuan, Multi Phi Beta harus menerapkan beberapa strategi kunci. Pertama, fokus pada pengumpulan pengetahuan akan membantu menangkap dan mempertahankan informasi penting. Selain itu, perusahaan perlu meningkatkan visi dan misi manajemen pengetahuannyanya untuk memberikan arah dan tujuan yang lebih jelas. Mendirikan departemen manajemen pengetahuan yang khusus akan memusatkan upaya dan mendorong perbaikan sistematis. Standarisasi proses manajemen pengetahuan, termasuk melakukan after-action reviews, mengorganisir knowledge cafés, dan membentuk program mentoring formal, sangat penting untuk menciptakan pendekatan yang terstruktur terhadap manajemen pengetahuan. Mengembangkan repositori pengetahuan yang terintegrasi akan memfasilitasi penyimpanan dan pengambilan pengetahuan codified dan tacit secara efektif. Selain itu, mendirikan program penghargaan dan pengakuan akan memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam berbagi pengetahuan. Mengadakan workshop manajemen pengetahuan untuk manajer akan memastikan mereka siap untuk memimpin dan mempromosikan budaya berbagi pengetahuan. Akhirnya, menerapkan metrik berdasarkan metode balanced scorecard akan memungkinkan penilaian dan peningkatan berkelanjutan dari inisiatif manajemen pengetahuan, memastikan perbaikan terus-menerus dan keselarasan dengan tujuan organisasi.