digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Mirai Annabila Dien Muhammad
PUBLIC Yoninur Almira


JURNAL Mirai Annabila Dien Muhammad
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Stasiun Manggarai mengalami renovasi infrastruktur yang telah berjalan sejak 2017 dan direncanakan rampung pada tahun 2024-2025. Renovasi dilakukan dalam rangka perwujudan Stasiun Manggarai menjadi pusat transportasi publik yang akanimelayani kereta api (KA) jarak jauh, KRL commuter line, KAiBandara, LRT dan Transjakarta, serta transportasi umum lainnya. Menuju arah tersebut, terdapat beberapa tahap switch over yang dilakukan, seperti perubahan rute. Seiring dengan perubahan yang terjadi pada Stasiun Manggarai, terdapat penumpang yang terdampak dalam rutinitas perjalanannya. Berbagai keluhan pun terbit pada media populer yang menyalahkan perubahan rute menyulitkan penumpang dan transit menyebabkan Stasiun Manggarai menjadi overload. Beberapa sumber pun menyatakan untuk menghindari Stasiun Manggarai. Bentuk situasi yang terjadi dapat dikategorikan sebagai disrupsi, sebagaimana perubahan rute dan infrastuktur berdampak secara masal. Berdasarkan literatur, terdapat lima bentuk perubahan perilaku perjalanan yang dapat terjadi pada kondisi disrupsi, yaitu tidak ada perubahan, mengubah destinasi, mengganti moda, mengubah waktu keberangkatan dan menghindari titik disrupsi. Maka, penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi bagaimana perubahan rute dan infrastruktur Stasiun Manggarai mempengaruhi perilaku perjalanan komuter. Menggunakan salah satu penumpang dengan volume komuter tertinggi yakni komuter Bogor, multinomial logit dengan IBM SPSS Statistics 26 dilakukan. Model yang dihasilkan dibagi menjadi dua, berdasarkan variabel sebelum perubahan dan setelah perubahan. Pada model sebelum perubahan yang dihasilkan menunjukkan variabel yang berpengaruh adalah status penikahan, jalur tujuan (Tangerang), waktu tunggu (0-9 menit), dan waktu tempuh dalam KRL (100-199). Sedangkan, pada model setelah perubahan yang berpengaruh adalah domisili (Kota Bogor), stasiun asal (Stasiun Cilebut & Stasiun Bojong Gede), waktu tempuh dalam KRL, dan kesadaran penumpang akan perubahan perilaku penumpang lainnya.