digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sektor industri teknologi dan informasi sedang marak di Indonesia. Sektor ini berkembang dengan pesat akan tetapi perkembanganya tidak dibarengi dengan kemampuan untuk bertahan. Sebuah studi menemukan bahwa perusahaan berbasis teknologi gagal dalam waktu 3 tahun. Salah satu faktor utamanya adalah hubungan antara pemimpin dan karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan dengan persepsi karyawan mengenai kinerjanya. Dalam penelitian ini ada gaya kepemimpinan sebagai variabel independen dan kinerja yang dirasakan karyawan sebagai variabel dependen. Menurut IOWA University, ada tiga jenis gaya kepemimpinan yaitu demokratis, otoriter, dan laissez faire. Untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan, penelitian ini menggunakan beberapa indikator seperti perilaku pemimpin, orientasi pemimpin, dan proses pengambilan keputusan. Definisi persepsi kinerja oleh karyawan adalah persepsi karyawan tentang kinerja mereka dalam organisasi. Untuk mengukur kinerja yang dirasakan karyawan ada 5 indikator seperti kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, efektivitas, dan independensi. Studi ini menemukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan dan kinerja yang dirasakan karyawan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji SPSS dengan analisis regresi linier sederhana bahwa nilai koefisien korelasi adalah 0,652 artinya ada korelasi kuat. Dan nilai koefisien determinasi adalah 0,425 artinya kinerja yang dirasakan oleh karyawan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan sebesar 42,5%. Sedangkan sisanya (100-42,5 = 57,5) dipengaruhi oleh faktor lain. Dari 4 perusahaan tersebut, semua pemimpin memiliki kecenderungan menerapkan gaya demokrasi. Dengan menerapkan gaya tersebut mampu meningkatkan persepsi karyawan tentang kinerjanya. Perilaku, harapan, dan cara para pemimpin berkomunikasi dengan karyawan menciptakan efek Pygmalion pada karyawan. Studi ini membuktikan adanya efek Pygmalion pada perusahaan berbasis teknologi di Bandung. Ternyata perilaku yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin demokratis ini mampu memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Ditemukan juga seorang pemimpin yang melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, terbuka terhadap kritik, menerima masukan dari karyawan dan membantu bawahan untuk tumbuh, memberikan dampak positif terhadap kinerja karyawan. Tidak hanya itu, karena para pemimpin sering mendorong mereka untuk menyampaikan gagasan dan opini, hal itu juga berdampak pada inisiatif mereka dalam bekerja.