EDWARD FORRER merupakan perusahaan ritel alas kaki lokal asal Bandung.
Kendala utama yang dimiliki perusahaan ritel dengan produk fesyen adalah tingkat
ketidakpastian permintaan yang tinggi serta siklus hidup produk yang singkat. Akibat kendala
tersebut ditambah dengan adanya perubahan tren dan munculnya beberapa pesaing baru
mengharuskan perusahaan untuk dapat bertindak cepat tanggap terhadap permintaan pasar
dan tetap memperhitungkan efisiensi terhadap biaya yang muncul. Menghadapi tuntutan
tersebut, dibutuhkan adanya suatu manajemen rantai pasok yang baik yang dapat mengatur
hubungan operasional antara pabrik dan gerai sehingga tercipta keseimbangan antara efisiensi
kerja serta kemampuan cepat tanggap.
Gejala masalah yang sedang dihadapi EDWARD FORRER saat ini adalah
menurunnya laba yang dihasilkan perusahaan akibat menurunnya tingkat penjualan produk
serta meningkatnya biaya kelebihan persediaan pada gerai. Melalui pengumpulan data dan
analisis ditemukan bahwa akar masalah berasal dari kedua sistem kerja perusahaan yakni
gerai dan pabrik. Pada pabrik, masalah muncul pada divisi desain karena adanya kebijakan
penggunaan bahan baku ekonomis. Kemudian pada gerai, masalah berasal dari adanya sistem
persediaan yang proaktif dengan dukungan data yang minimum. Kedua akar masalah tersebut
saling terkait dan mempengaruhi proses penyaluran produk.
Usulan solusi perbaikan bagi proses penyaluran produk dapat dilakukan melalui
manajemen desain dan persediaan gerai. Salah satu usulan dalam perbaikan manajemen
desain adalah melalui penyesuaian desain dengan bahan baku yang tersedia. Agar desain yang
dibentuk dapat sesuai dengan keinginan konsumen, dilakukan survei mengenai tingkat
kepentingan konsumen menggunakan model Kano. Selain itu, untuk rencana jangka panjang,
perusahaan dapat mulai mencoba mencari jaringan pasokan bahan baku dari negara luar
sehingga didapatkan bahan baku yang lebih menarik dengan kualitas yang lebih baik. Pada
pengelolan persediaan gerai, dapat diusulkan solusi tanggapan akurat, yakni sistem yang
dapat mengatasi ketidakpastian permintaan sehingga kelebihan persediaan dapat
diminimumkan. Pengaturan persediaan tersebut terkait dengan model Newsvendor. Melalui
model Newsvendor, dapat ditentukan besarnya biaya ketidaktepatan yang merupakan biaya
akibat kelebihan dan kekurangan persediaan.