digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perekonomian global saat ini memberikan tantangan yang besar bagi perusahaan karena adanya ketidakpastian yang dapat menimbulkan kesulitan keuangan jika tidak dikelola dengan baik. Penyesuaian harga yang sering terjadi karena volatilitas pasar yang ekstrim juga berdampak pada perusahaan besar dan usaha kecil dan menengah. Usaha kecil dan menengah, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi. Misalnya CV XYZ yang tidak menggunakan manajemen persediaan dan mengalami permasalahan overstock sehingga menyebabkan biaya persediaan meningkat dan berdampak pada kondisi keuangan perusahaan. Dengan menganalisis model persediaan, peneliti menemukan bahwa metode pengelolaan persediaan yang paling cocok untuk CV XYZ adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode ini membantu meminimalkan biaya persediaan dan menentukan jumlah pesanan yang hemat biaya untuk setiap produk. Untuk produk Suku Cadang Terpisah, Oil, Variation/Racing , dan Tires, model persediaan yang paling tepat adalah EOQ dengan Total Inventory Cost (TIC) sebagai berikut: Suku Cadang Terpisah: Rp 5.385.634,17 pada tahun 2022 dan Rp 5.347.401,14 pada tahun 2023 Oil: Rp 2.701.259 pada tahun 2022 dan Rp 3.226.643,18 tahun 2023 Variation/Racing: Rp 743.652,45 tahun 2022 dan Rp 904.614,29 tahun 2023 Untuk produk Tires, dengan total biaya persediaan sebesar Rp 1.103.123,89 tahun 2022 dan Rp 1.956.372,91 tahun 2023. Analisis ini juga menentukan keselamatan stok dan Reorder Point (ROP) untuk setiap jenis produk. Hasil penelitian menekankan pentingnya manajemen persediaan dalam meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian keuangan. Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi pengaruh teknologi terhadap manajemen persediaan dan dampak variabilitas permintaan dan lead time, meskipun penelitian saat ini terbatas pada CV XYZ saja dan mungkin sebagian mewakili kondisi usaha kecil dan menengah lainnya.