Hiperpigmentasi merupakan suatu kondisi ketika sebagian area pada kulit menjadi lebih gelap
daripada area lainnya. Kelainan ini disebabkan oleh produksi melanin yang berlebihan pada kulit.
Melanin disintesis pada proses melanogenesis, dibantu oleh enzim tirosinase yang bertanggung
jawab pada dua reaksi awal paling krusial pada proses tersebut. Karena hal tersebut berbagai upaya
dilakukan untuk mengatasi hiperpigmentasi, salah satunya dengan menggunakan inhibitor enzim
tirosinase. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat aktivitas inhibisi enzim
tirosinase pada kulit batang kayu manis. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas inhibisi
enzim tirosinase terhadap ekstrak dan fraksi kulit batang kayu manis yang dilanjutkan dengan
pembuatan serta karakterisasi sediaan nanostructured lipid carrier (NLC) dari sampel yang
memberikan aktivitas inhibisi paling tinggi. Dilakukan ekstraksi cara dingin menggunakan metode
maserasi dengan pelarut etanol 96% pada simplisia kulit batang kayu manis. Dilanjutkan dengan
fraksinasi metode ekstraksi cair-cair (ECC) menggunakan pelarut dengan kepolaran bertingkat yaitu
air, etil asetat, dan n-heksana. Kemampuan inhibisi enzim tirosinase pada sampel ekstrak dan fraksi
ditentukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) bioautografi serta dengan menentukan nilai IC50
untuk tiap sampel. Nilai IC50 merupakan ukuran kuantitatif yang menunjukkan seberapa banyak zat
penghambat tertentu (misalnya obat) yang diperlukan untuk menghambat proses biologis (in vitro)
tertentu sebesar 50%. Fraksi n-heksana menunjukkan aktivitas yang paling tinggi dengan IC50
sebesar 161,88 ± 5,58 µg/mL jika dibandingkan dengan sampel ekstrak, fraksi etil asetat, dan fraksi
air yang memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar >10000 µg/mL; 2960,37 µg/mL; dan >10000
µg/mL. Optimasi formula untuk sediaan NLC yang dilakukan berupa skrining lipid padat, optimasi
lipid padat, dan optimasi jumlah lipid total. Formula optimum yang didapatkan dari penelitian
terdiri dari lipid padat berupa setil alkohol dan lipid cair berupa asam oleat dengan rasio 3:7 dan
jumlah lipid total sebesar 2,50%. Digunakan pula surfaktan berupa Tween 80 dengan jumlah 4%
dari bobot total sediaan. Hasil karakterisasi ukuran partikel, indeks polidispersitas, serta potensial
zeta untuk sediaan NLC dengan fraksi n-heksana (NLC-FH) adalah berturut-turut sebesar 257,07 ±
24,52 nm; 0,21 ± 0,03; dan +45,29 mV. Nilai IC50 untuk pengujian aktivitas inhibisi enzim tirosinase
sediaan NLC-FH adalah sebesar 186,40 ± 3,27 µg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan aktivitas sebesar 24,22 µg/mL pada aktivitas inhibisi kulit batang Cinnamomum
burmannii dalam bentuk sediaan NLC bila dibandingkan dengan bentuk fraksinya. Analisis statistik
menggunakan metode unpaired T-test menunjukkan bahwa aktivitas keduanya memiliki perbedaan
yang bermakna. Maka dari itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk sediaan NLC dari
kulit batang kayu manis memiliki aktivitas inhibisi enzim tirosinase yang lebih rendah daripada
bentuk fraksinya namun cukup baik. Terjadinya penurunan aktivitas tidak membuatnya menjadi
alternatif yang buruk untuk dikembangkan lebih lanjut sebab nilai IC50 NLC-FH tidak terlalu jauh
berbeda dengan bentuk fraksi n-heksannya. Selain itu, yang terpenting dari pembuatan sediaan
adalah ketersampaian zat aktif pada target kerja sehingga dengan dibuat menjadi sediaan NLC
tentunya mampu menghantarkan obat dengan jauh lebih baik daripada dalam bentuk fraksinya.