digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Roby Mardiyan Safitra
PUBLIC Resti Andriani

Pasir kuarsa merupakan salah satu bahan galian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur. Pasir kuarsa yang diperoleh dari area penambangan timah aluvial memiliki kandungan silika (SiO2) yang cukup tinggi. Sehingga dalam alur pengolahan bijih timah, hasil penambangan dan pengolahan yang berlangsung telah menghasilkan pasir kuarsa berkualitas cukup tinggi sebagai produk sisa hasil pengolahan (SHP). Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi atau sumberdaya material SHP berupa pasir kuarsa yang terdapat di lima lokasi di Kepulauan Bangka dan Belitung. Metode yang dilakukan untuk mengevaluasi sumberdaya pasir kuarsa adalah survei geofisika dengan metode ground penetrating radar (GPR) tipe unshielded dan shielded untuk menginterpretasikan variasi ketebalan lapisan di setiap lokasi. Panjang lintasan pengambilan data GPR cukup beragam berkisar pada rentang 100 – 900 m tergantung pada luasan dan kondisi sebagian besar lokasi studi yang berupa kolong bekas tambang dan hutan sawit. Metode pemboran dengan spasi yang bervariasi mulai dari 50 m, 100 m, 150 m, sampai 200 m dilakukan untuk pengambilan sampel SHP dan meningkatkan keyakinan terhadap model geometri lapisan pasir kuarsa. Berdasarkan data hasil pemboran pada lima lokasi (blok) yang berada di Kepulauan Bangka dan Belitung diperoleh informasi berupa volume pasir kuarsa dan kandungan silika yang cukup signifikan dan dapat mendukung peluang bisnis terhadap komoditas tersebut. Kombinasi antara data pemboran dan data GPR akan menghasilkan model geometri yang lebih akurat daripada berdasarkan data pemboran saja. Spasi pemboran yang semakin lebar menunjukkan perbedaan volume yang lebih besar antara interpretasi berdasarkan data pemboran saja dibandingkan dengan kombinasi data pemboran dan GPR. Sehingga penggunaan survei GPR untuk spasi pemboran yang lebih lebar terutama pada spasi 150 – 200 m dapat meningkatkan keyakinan terhadap hasil estimasi sumberdaya pasir kuarsa. Pendekatan geostatistik dilakukan dengan membandingkan GEV dan kriging varians, secara umum kombinasi keduanya bisa dijadikan acuan dalam menentukan spasi bor optimum sehingga sumberdaya dapat dikonversi menjadi cadangan.