Pasir kuarsa merupakan salah satu bahan galian yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan industri manufaktur. Pasir kuarsa yang diperoleh dari area
penambangan timah aluvial memiliki kandungan silika (SiO2) yang cukup tinggi.
Sehingga dalam alur pengolahan bijih timah, hasil penambangan dan pengolahan
yang berlangsung telah menghasilkan pasir kuarsa berkualitas cukup tinggi sebagai
produk sisa hasil pengolahan (SHP). Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi
potensi atau sumberdaya material SHP berupa pasir kuarsa yang terdapat di lima
lokasi di Kepulauan Bangka dan Belitung. Metode yang dilakukan untuk
mengevaluasi sumberdaya pasir kuarsa adalah survei geofisika dengan metode
ground penetrating radar (GPR) tipe unshielded dan shielded untuk
menginterpretasikan variasi ketebalan lapisan di setiap lokasi. Panjang lintasan
pengambilan data GPR cukup beragam berkisar pada rentang 100 – 900 m
tergantung pada luasan dan kondisi sebagian besar lokasi studi yang berupa kolong
bekas tambang dan hutan sawit. Metode pemboran dengan spasi yang bervariasi
mulai dari 50 m, 100 m, 150 m, sampai 200 m dilakukan untuk pengambilan sampel
SHP dan meningkatkan keyakinan terhadap model geometri lapisan pasir kuarsa.
Berdasarkan data hasil pemboran pada lima lokasi (blok) yang berada di Kepulauan
Bangka dan Belitung diperoleh informasi berupa volume pasir kuarsa dan
kandungan silika yang cukup signifikan dan dapat mendukung peluang bisnis
terhadap komoditas tersebut. Kombinasi antara data pemboran dan data GPR akan
menghasilkan model geometri yang lebih akurat daripada berdasarkan data
pemboran saja. Spasi pemboran yang semakin lebar menunjukkan perbedaan
volume yang lebih besar antara interpretasi berdasarkan data pemboran saja
dibandingkan dengan kombinasi data pemboran dan GPR. Sehingga penggunaan
survei GPR untuk spasi pemboran yang lebih lebar terutama pada spasi 150 – 200
m dapat meningkatkan keyakinan terhadap hasil estimasi sumberdaya pasir kuarsa.
Pendekatan geostatistik dilakukan dengan membandingkan GEV dan kriging
varians, secara umum kombinasi keduanya bisa dijadikan acuan dalam menentukan
spasi bor optimum sehingga sumberdaya dapat dikonversi menjadi cadangan.