Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara, Kalimantan Timur
akan berdampak terhadap segala bidang, salah satunya adalah kualitas lingkungan
di Teluk Balikpapan. Untuk itu, kajian lingkungan perairan perlu dilakukan guna
mengantisipasi risiko penurunan kualitas lingkungan di Teluk Balikpapan pada
masa mendatang. Kajian ini melibatkan survei lapangan oseanografi, pemodelan
oseanografi, dan penggunaan data sekunder.
Dalam pemodelan hidrodinamika, model numerik Hamburg Shelf Ocean Model
(HAMSOM) digunakan untuk memprediksi efek dari pembangunan bendungan di
IKN Nusantara terhadap kondisi hidrodinamika di Teluk Balikpapan. Survei
oseanografi dilakukan untuk mendapatkan data lapangan, sementara data
sekunder berupa konsentrasi rata-rata harian klorofil-a dan konsentrasi zat hara
digunakan untuk menganalisis variasi, dan frekuensi kejadian algal bloom, serta
mengkaji hubungannya dengan zat hara dan parameter atmosfer-laut di Teluk
Balikpapan.
Hasil pemodelan hidrodinamika menunjukkan bahwa variasi pola arus,
temperature air, dan salinitas permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan arah
angin, serta oleh debit air sungai. Sementara itu, pada lapisan kedalaman
dipengaruhi oleh faktor dari laut. Sehingga arah arus pada kedalaman 20 m hingga
55 m, cenderung masuk dan membawa massa air salin ke dalam teluk. Selain itu,
morfologi perairan teluk Balikpapan yang memiliki kedalaman beraneka ragam,
mengakibatkan terjadinya naikkan dari massa air pada daerah dalam ke dangkal.
Itu terjadi di depan dan tengah teluk, antara muara Sungai Wain dan Sungai Riko.
Periode naikkan tersebut ditunjukkan dengan kecepatan arus-w yang berkisar
antara 0,1 x 10-7 m/detik – 0,8 x 10-7 m/detik. Dampak utama dari prediksi
pembangunan bendungan adalah peningkatan salinitas di muara-muara sungai,
dengan peningkatan maksimum 8,5 PSU dan 3,5 PSU untuk debit 50% dan 5%
dari debit normal. Sementara itu, perbedaan temperatur air mencapai 0,006 oC dan
ii
0,01 oC untuk debit 50% dan 5% dari debit normal. Selain itu, kecepatan dan arah
arus juga berubah. Itu ditandai dengan menurunnya transpor massa air, bahkan
ada perubahan arah pada bulan Mei, yang pada kondisi normal transpornya ke
luar teluk, sementara untuk debit 5% arah transpornya ke dalam teluk.
Data survei lapangan menunjukkan dominasi kelas diatom (62,20%-93,94%)
dalam komunitas fitoplankton di Teluk Balikpapan, dengan tingkat
keanekaragaman yang rendah berdasarkan indeks keanekaragaman (H') dan
indeks dominansi (C). Selanjutnya, hasil dari Principal Component Analysis
(PCA) menunjukkan korelasi antara komunitas dan kelimpahan fitoplankton
dengan parameter kualitas air laut, termasuk zat hara, temperatur air, salinitas,
turbiditas, dan klorofil-a. Selain itu, dari 14 jenis yang diidentifikasi, enam jenis
fitoplankton dapat menyebabkan Harmful Algal Bloom (HAB), itu termasuk:
Dinophysis sp., Nitzschia sp., Pseudo-nitzschia sp., Ceratium sp., Chaetoceros
sp., dan Cyclotella sp.
Konsentrasi klorofil-a secara bulanan dipengaruhi oleh debit air sungai, salinitas,
temperatur air, zat hara, oksigen terlarut (DO), curah hujan, dan intensitas cahaya
matahari. Analisis PCA menunjukkan variansi total dari dua mode paling
dominan sebesar 80,00% sebelum pembangunan, dan 72,67% setelah
pembangunan. Itu terjadi karena pengaruh penurunan debit air sungai dan
peningkatan zat hara. Kemudian analisis konsentrasi klorofil-a rata-rata harian
dari ocean color ranalysis pada rentang waktu 1 Januari 2019 – 31 Desember
2021 menunjukkan telah terjadi dua kali algal bloom yaitu pada 9 November 2019
dan 16 Juni 2020. Selanjutnya model ekosistem Bio-Fennel dan model machine
learning memprediksi peningkatan konsentrasi klorofil-a setelah pembangunan,
baik pada skala waktu pasang surut maupun rata-rata harian. Hasilnya
menunjukkan bahwa frekuensi kejadian algal bloom tidak meningkat, namun
magnitudo dan durasi pada saat kejadian algal bloom meningkat. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa pembangunan bendungan di IKN memiliki dampak
signifikan terhadap kondisi hidrodinamika di Teluk Balikpapan, termasuk
perubahan pola arus, salinitas, dan temperatur air, yang dapat mempengaruhi
kemungkinan terjadinya algal bloom. Keberadaan algal bloom sebelum
pembangunan IKN juga telah dibahas pada penelitian ini.