digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Khafid Rizki Pratama
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi transpor panas di jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang dampaknya terhadap perubahan kandungan panas laut dan kaitannya pada kejadian badai tropis di Laut Banda dalam kurun waktu 2009-2019. Analisis menggunakan data reanalisis Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) dengan melibatkan komponen arus meridional di Jalur Arlindo yaitu Selat Makassar dan Selat Lifamatola. Pada saat El Niño, arus meridional dan transpor Arlindo dengan rata-rata kedalaman 0-300 meter mengalami pelemahan, sedangkan saat La Niña cenderung mengalami penguatan. Secara profil melintang terhadap kedalaman, transpor panas di Selat Makassar saat La Niña terdeteksi menguat di Kanal Labani dan sebagian perairan di dekat pesisir Sulawesi Tengah dengan nilai masing-masing adalah 1,2 PW dan 0,6 PW. Selat Lifamatola teridentifikasi menguat di Kanal Lifamatola dan Selat Halmahera dengan masing-masing bernilai 0,5 PW dan 0,3 PW. Hasil korelasi jeda antara transpor panas dengan Oceanic Niño Index (ONI) menunjukkan jeda waktu saat El Niño (La Niña) sekitar 7-8 (2-3) bulan. Korelasi jeda antara transpor panas di kedua selat dan kandungan panas laut di Laut Banda menghasilkan jeda waktu sekitar 2- 3 bulan. Pengolahan dengan metode Emphirical Orthogonal Function (EOF) dari parameter kandungan panas laut (KPL), suhu permukaan laut (SPL), sea surface height (SSH), dan mixed layer depth (MLD) menghasilkan nilai varian mode pertama masingmasing adalah 64,2%, 77,9%, 91,7%, dan 58,9% serta memperlihatkan keterkaitan berbanding terbalik dengan indeks ONI. Sedangkan, parameter salinitas menghasilkan varian mode pertama sebesar 59,6% dengan keterkaitan yang berbanding lurus dengan indeks ONI. Teridentifikasi bahwa KPL meningkat seiring dengan menguatnya transpor panas karena penguatan transpor Arlindo. Fenomena El Niño (La Niña) menyebabkan elevasi SSH menurun (meningkat), transpor Arlindo dan transpor panas melemah (menguat), dan KPL menurun (meningkat). Intensitas kejadian badai tropis menunjukkan adanya perbedaan yang berhubungan dengan fluktuasi transpor panas dan transpor Arlindo. KPL maksimum di Laut Banda terjadi pada Maret-April-Mei. Karakteristik badai tropis kuat kategori 1 dengan durasi pergerakan singkat dipengaruhi oleh KPL maksimum. Sebaliknya, badai tropis yang lemah (tropical depression/TD) dengan durasi pergerakan lama iii dipengaruhi oleh KPL minimum. Kejadian TD dan badai tropis di Laut Banda teridentifikasi muncul di sepanjang lintang 5°LS hingga 6°LS. Namun, karakteristik fase pembentukan badai tropis di Laut Banda dapat diketahui dengan periode dataset yang lebih panjang.