digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Ayu Ciska 22008308.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi

Secara administratif daerah panas bumi Bonjol termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 0° 4’ 2,6” LU - 0° 5’ 44,39” LS dan 100° 7’ 2,5” - 100° 16’ 33,38” BT dengan elevasi rata-rata 500 m di atas permukaan laut. Sistem panas bumi Bonjol berkaitan erat dengan aktivitas volkanik yang terjadi di sekitar Bonjol. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola asosiasi dan kelimpahan mineral ubahan yang terbentuk pada sumur BJL-1 dan merekonstruksi zona alterasi hidrotermal pada sumur BJL-1, sehingga dapat diketahui kondisi bawah permukaan terutama di batuan penudung (caprock). Inti pengeboran (core) dari sumur bor BJL-1 mempunyai kedalaman 250,80 m. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis petrografis sebanyak 65 contoh dan 5 contoh dilakukan analisis X-Ray Diffraction (XRD) dan data sekunder analisa Portable Infrared Mineral Analyzer (PIMA) sebanyak 27 contoh untuk mengetahui secara detil jenis batuan, karakterisasi mineral ubahan, khususnya mineral lempung pada sumur BJL-1. Secara megaskopis dan mikroskopis litologi yang hadir pada sumur BJL-1 dari tua ke muda terdiri dari Unit Breksi Andesit-Andesit, Unit Tuf, Unit Andesit, Unit Batupasir. Zona alterasi yang hadir pada sumur BJL-1 adalah tipe alterasi argilik. Himpunan mineral alterasi yang hadir pada sumur BJL-1 yaitu Kaolinithaloisit-smektit-kalsit, zona ini terbentuk pada larutan dengan komposisi pH netral, dengan temperatur berkisar 100°-180° C. Hasil mineral ubahan hidrotermal pada sumur BJL-1 adalah mineral silika (kristobalit, kuarsa sekunder), karbonat (kalsit dan siderit), mineral opak, oksida besi, dan mineral lempung (smektit, kaolinit dan haloisit). Kehadiran kaolinit dan haloisit yang makin berkurang seiring makin bertambahnya kedalaman sumur BJL-1, menunjukkan pengaruh kontrol fluida hidrotermal yang berkomposisi pH asam yang berinteraksi dengan batuan sekitar. Sedangkan kehadiran smektit yang makin dominan seiring bertambahnya kedalaman sumur BJL-1, menunjukkan pengaruh kontrol fluida hidrotermal yang berkomposisi pH netral yang makin intensif berinteraksi dengan batuan sekitar. Proses pengendapan langsung terjadi pada sumur BJL-1 terlihat dari adanya pengisian uraturat halus/veinlet dan terisinya rongga-rongga pada batuan. Sedangkan proses penggantian terlihat lebih dominan pada sumur BJL-1, terlihat pada kehadiran mineral lempung yang menggantikan mineral primer pada fragmen maupun matrik batuan.