Alat oksigen merupakan instrumen penting dalam budidaya udang, tak terkecuali
budidaya udang vaname. Tujuan dari penelitian ini yakni membandingkan kualitas
air dan parameter pertumbuhan udang antara dua kolam budidaya, dengan
menggunakan metode aerasi yang berbeda yakni kolam A menggunakan 12 kincir
(macrobubble) dan kolam B menggunakan kombinasi antara 6 kincir dan 6 alat
microbubble (macro-microbubble). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
oksigen terlarut (DO) di kolam B lebih tinggi (5,96 mg/l) dibandingkan dengan
kolam A (5,12 mg/l), yang mendukung kondisi kesehatan udang yang lebih baik.
Parameter kualitas air lainnya seperti salinitas, suhu, pH, dan kecerahan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kolam. Penggunaan pakan
lebih tinggi di kolam B dengan selisih rata-rata 16,52 kg dibandingkan kolam A.
Pertumbuhan harian rata-rata udang di kolam B lebih tinggi (0,19 gram)
dibandingkan kolam A (0,13 gram), dengan populasi udang yang lebih besar di
kolam B (253.542 ekor) dibandingkan kolam A (238.673 ekor). Berat biomassa
udang di kolam B mencapai 1.398 kg, lebih besar dibandingkan kolam A yang
hanya 1.239 kg. Tingkat kelangsungan hidup (SR) udang di kolam B juga lebih
tinggi (84,12%) dibandingkan kolam A (79,25%). Konversi rasio pakan (FCR) pada
panen menunjukkan nilai yang lebih baik di kolam B (1,46) dibandingkan kolam A
(2,3). Berat rata-rata udang per ekor (MBW) di kolam B juga lebih besar (6,04
gram) dibandingkan kolam A (5,72 gram). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan kombinasi macro-microbubble lebih efektif dalam mendukung
pertumbuhan dan kesehatan udang dibandingkan dengan penggunaan macrobubble
saja. Penambahan microbubble meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan udang,
tetapi tidak dapat digunakan sejak awal budidaya karena risiko kematian udang
karena ukuran udang yang kecil, sehingga perlu digunakan bersama kincir air.