ABSTRAK Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Navira Ardhyani Pramita
PUBLIC Dewi Supryati
BAB 1 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Mayapada Clinic adalah suatu unit pelayanan kesehatan dengan visi “Menjadi pilihan utama
untuk pelayanan kesehatan yang dikenal dalam kualitas pelayanan”. Namun, pihak
manajerial klinik merasakan adanya hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Indikasi hambatan tersebut adalah proses yang lama, baik proses pendukung, maupun proses
pelayanan kesehatan itu sendiri. Identifikasi akar masalah dilakukan dengan menggunakan
fishbone diagram. Akar masalah yang diperoleh mencakup belum dilakukannya kajian
proses secara menyeluruh dan belum dilakukannya pemetaan alur informasi yang
dibutuhkan klinik. Oleh karena itu, Mayapada Clinic membutuhkan perbaikan proses bisnis
dengan menggunakan business process improvement (BPI).
Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari proses prioritas yang dinilai perlu untuk
diperbaiki. Pada tahap ini didapatkan sepuluh proses bisnis level tiga yang menjadi prioritas.
Identifikasi definisi batasan dilakukan untuk masing-masing proses prioritas menggunakan
dokumen scope definition. Selanjutnya, dilakukan pemetaan dan pemodelan untuk masing-
masing proses menggunakan process classification framework dan business process model
and notation. Selanjutnya, dilakukan perhitungan waktu siklus dan value-added analysis
untuk melihat kinerja proses. Hasil pemetaan proses bisnis kemudian diidentifikasi untuk
melihat potensi perbaikan yang terdapat pada masing-masing proses. Identifikasi potensi
perbaikan terdiri dari enam aspek yang terdapat pada improvement technique wheel.
Identifikasi dilakukan dengan mencari pain points dan akar masalahnya. Akar masalah yang
didapatkan dijadikan dasar untuk menentukan rancangan perbaikan proses bisnis. Kemudian,
rancangan perbaikan proses bisnis divalidasi oleh pihak manajerial dan terpilih dua belas
perbaikan yang akan diimplementasikan dalam jangka pendek (satu tahun ke depan).
Rancangan perbaikan yang dipilih pada tahap validasi mencakup pendaftaran mandiri oleh
pasien, eliminasi persetujuan purchase order (PO) yang bertingkat, menetapkan satu bagian
penerimaan barang, mengubah alur proses, membuat perjanjian kerja sama dengan supplier,
menghubungkan supplier dengan sistem pengadaan perusahaan, membuat platform
pencatatan terpusat, eliminasi proses yang menggunakan formulir dengan otomatisasi
pendataan, memperbaiki sistem pencatatan stok, mengeliminasi proses dengan membuat
standard operating procedure (SOP), memberikan sosialisasi, dan pelatihan pegawai.