digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Navira Ardhyani Pramita
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Mayapada Clinic adalah suatu unit pelayanan kesehatan dengan visi “Menjadi pilihan utama untuk pelayanan kesehatan yang dikenal dalam kualitas pelayanan”. Namun, pihak manajerial klinik merasakan adanya hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Indikasi hambatan tersebut adalah proses yang lama, baik proses pendukung, maupun proses pelayanan kesehatan itu sendiri. Identifikasi akar masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone diagram. Akar masalah yang diperoleh mencakup belum dilakukannya kajian proses secara menyeluruh dan belum dilakukannya pemetaan alur informasi yang dibutuhkan klinik. Oleh karena itu, Mayapada Clinic membutuhkan perbaikan proses bisnis dengan menggunakan business process improvement (BPI). Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari proses prioritas yang dinilai perlu untuk diperbaiki. Pada tahap ini didapatkan sepuluh proses bisnis level tiga yang menjadi prioritas. Identifikasi definisi batasan dilakukan untuk masing-masing proses prioritas menggunakan dokumen scope definition. Selanjutnya, dilakukan pemetaan dan pemodelan untuk masing- masing proses menggunakan process classification framework dan business process model and notation. Selanjutnya, dilakukan perhitungan waktu siklus dan value-added analysis untuk melihat kinerja proses. Hasil pemetaan proses bisnis kemudian diidentifikasi untuk melihat potensi perbaikan yang terdapat pada masing-masing proses. Identifikasi potensi perbaikan terdiri dari enam aspek yang terdapat pada improvement technique wheel. Identifikasi dilakukan dengan mencari pain points dan akar masalahnya. Akar masalah yang didapatkan dijadikan dasar untuk menentukan rancangan perbaikan proses bisnis. Kemudian, rancangan perbaikan proses bisnis divalidasi oleh pihak manajerial dan terpilih dua belas perbaikan yang akan diimplementasikan dalam jangka pendek (satu tahun ke depan). Rancangan perbaikan yang dipilih pada tahap validasi mencakup pendaftaran mandiri oleh pasien, eliminasi persetujuan purchase order (PO) yang bertingkat, menetapkan satu bagian penerimaan barang, mengubah alur proses, membuat perjanjian kerja sama dengan supplier, menghubungkan supplier dengan sistem pengadaan perusahaan, membuat platform pencatatan terpusat, eliminasi proses yang menggunakan formulir dengan otomatisasi pendataan, memperbaiki sistem pencatatan stok, mengeliminasi proses dengan membuat standard operating procedure (SOP), memberikan sosialisasi, dan pelatihan pegawai.