Jaminan ketersediaan bahan baku merupakan kunci utama kelancaran produksi,
namun semakin banyak inventori akan menyebabkan semakin banyak pula modal
yang harus dikeluarkan Perusahaan. Belajar dari pengalaman salah satu program
aerostruktur yang ada di PT Dirgantara Indonesia yang berhasil menerapkan sistem
inventori konsinyasi (consignment inventory) untuk material metal dan mampu
memenuhi kebutuhan suplai bahan baku metal dengan nilai pelayanannya di atas
95% walaupun pada akhir periode kontrak inventori konsinyasi masih menyisakan
banyak material usang (obsolete) sejumlah 836 pieces. Evaluasi terhadap
banyaknya material usang dari adanya inventori konsinyasi ini akan membantu PT
Dirgantara Indonesia untuk meminimalisisr kesalahan yang akan terjadi pada saat
menerapkan sistem inventori konsinyasi.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dan merancang perbaikan proses bisnis
inventori konsinyasi dengan menjadikan PT Dirgantara Indonesia sebagai
konsumen dari sistem inventori konsinyasi. Rancangan perbaikan proses bisnis
dibuat dengan menggunakan metode BPI (Business Process Improvement) dan
validasi dilakukan dengan menggunakan metode delphi. Kontribusi ilmiah dari
penelitian ini secara teoritis adalah studi empiris pada industri manufaktur pesawat
dalam pengembangan konsep inventori konsinyasi yang pada saat ini masih belum
banyak diaplikasikan di industri manufaktur. Pada level praktis penelitian ini berisi
tentang rancang bangun inventori konsinyasi material agar setiap proses bisnisnya
lebih efektif dan terstandarisasi sehingga masing-masing pihak mendapat manfaat
dan mengurangi risiko terjadinya kesalahan-kesalahan pada proses pelaksanaan
inventori konsinyasi.
Perbaikan yang dilakukan dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu (1) tahap persiapan
inventori konsinyasi, (2) tahap penerimaan material konsinyasi, (3) tahap
penggunaan material konsinyasi, dan (4) tahap penagihan atas penggunaan material
konsinyasi. Perbaikan pada tahap persiapan adalah dengan menyusun bagian atau
departemen yang akan terlibat, peran dan tanggungjawab serta target waktu yang
ii
diperlukan untuk membangun inventori konsinyasi. Perbaikan dalam tahap
penerimaan material konsinyasi berupa penambahan klausul dalam surat kontrak
inventori konsinyasi, yaitu aturan peletakan material konsinyasi yang menerapkan
kaidah pergudangan yang efektif (penerapan kartu stok) dan sistem FIFO dalam
proses pelayanan kebutuhan material. Perbaikan dalam tahap penggunaan material
konsinyasi adalah dengan menambahkan tools yaitu dokumen autorisasi oleh Staf
Logistik Pemasok untuk menjadi bukti adanya penggunaan material konsinyasi
selain dari yang didapatkan dari hasil pencatatan manual dan sistem. Selanjutnya
perbaikan dari tahap penagihan atas penggunaan material konsinyasi adalah
tatacara penagihan dengan skema pengiriman tagihan penggunaan material yang
dibuat setiap hari Jum’at setiap minggunya dan tenggang waktu ajuan komplain
atas tagihan adalah dua hari. Total waktu inventori konsinyasi yang didapat dari
hasil BPI adalah sebesar 145 hari yang sebelumnya dengan inventori tradisional
adalah sebesar 176 hari.