Pertumbuhan penduduk yang signifikan menjadi tantangan besar bagi kota-kota di
berbagai negara, karena berdampak pada kebutuhan akan ruang secara
berkelanjutan, terutama untuk tempat tinggal sebagai ruang privat dan secara tidak
sadar mengesampingkan ruang publik. Ruang terbuka publik sebagai aset penting
dalam memenuhi kebutuhan rekreasi, sosial, dan lingkungan, mengalami
penurunan jumlah dan kualitasnya, yang dapat berdampak pada solidaritas dan
kepedulian masyarakat. Ruang publik yang memadai juga membuka potensi dan
memungkinkan suatu kota untuk dapat berfungsi secara adil dan efisien. Sayangnya
dalam proses pembangunan, terdapat kelompok yang seringkali diabaikan akses,
kontrol dan partisipasinya, sehingga menyebabkan pembangunan dan penyediaan
fasilitas termasuk ruang publik yang cenderung tidak responsif gender. Masalah
kesetaraan gender menjadi perhatian penting dalam pembangunan ruang terbuka
publik, karena keberadaan ruang terbuka publik yang memadai dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup manusia dan memecahkan masalah kesetaraan dan
keadilan gender. Penerapan smart living dan responsif gender dalam
pengembangan ruang terbuka publik menjadi penting untuk dapat menjawab
permasalahan penyediaan ruang terbuka publik tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengidentifikasi kualitas ruang terbuka publik dengan penerapan smart
living dan responsif gender di DKI Jakarta berdasarkan variabel aksesibilitas,
penggunaan dan aktivitas, keamanan, dan kenyamanan, serta memberikan
rekomendasi upaya dalam peningkatan kualitas yang sesuai. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis konten, analisis skoring, dan
studi literatur untuk menemukan preseden upaya peningkatan kualitas ruang
terbuka publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas ruang terbuka publik
di DKI Jakarta sudah baik dalam hal aksesibilitas, penggunaan dan aktivitas, serta
kenyamanan, namun perlu peningkatan pada variabel keamanan. Rekomendasi
upaya yang disusun adalah berdasarkan hasil pengukuran kualitas RPTRA saat ini,
menghasilkan sembilan upaya yang dapat dilakukan guna semakin meningkatkan
kualitas RPTRA utamanya mengakomodir isu-isu gender yang masih berkembang.