Isu pemanasan global mendorong perkembangan di bidang elektrifikasi kendaraan
dan sumber energi alternatif. Baterai menjadi komponen penting sebagai tempat
penyimpanan energi. Baterai Li-ion dengan katoda berbasis nikel dan besi
merupakan jenis baterai yang banyak dikembangkan. Seiring meningkatnya
permintaan nikel dunia, ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit berkadar rendah tipe
limonit yang umumnya diolah dengan teknologi High Pressure Acid Leaching
(HPAL) kian berkembang. Salah satu permasalahan utama teknologi HPAL adalah
dihasilkannya tailing dengan volume yang sangat besar. Sementara itu, tailing
HPAL mengandung besi dengan konsentrasi tinggi. Kandungan besi yang tinggi
pada tailing HPAL menjadikannya sumber bahan baku potensial dalam pembuatan
FePO4 yang merupakan prekursor katoda baterai LiFePO4 yang banyak digunakan
di masyarakat. Metode presipitasi merupakan metode yang paling banyak
digunakan dalam sintesis FePO4 karena relatif murah dan mudah. Pelarutan besi
menjadi tahap awal dalam proses presipitasi FePO4. Oleh karena itu, pada
penelitian ini dilakukan proses sintesis FePO4 dari tailing HPAL bijih nikel laterit
melalui tahap pelindian pada tekanan atmosfer yang diikuti dengan presipitasi.
Serangkaian percobaaan dilakukan untuk memperoleh kondisi terbaik dalam
sintesis FePO4 dari tailing pabrik HPAL bijih nikel laterit. Percobaan diawali
dengan karakterisasi dan preparasi sampel tailing terlebih dahulu. Sampel tailing
yang telah dipreparasi selanjutnya digunakan sebagai umpan pada tahap pelindian.
Percobaan pelindian dilakukan pada variasi konsentrasi asam sulfat 3 – 6 M, rasio
S/L 0,2 – 0,5 g/ml, dan temperatur 35 – 95 °C selama 4 jam untuk memperoleh
kondisi pelindian terbaik untuk melarutkan besi. Selain besi, unsur lain pada tailing
seperti Al, Cr, Ni, dan Ca juga dipelajari perilaku pelarutan dan pengendapannya
selama proses sintesis FePO4. Pengukuran kadar unsur pada sampel percobaan
dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Larutan hasil
pelindian pada kondisi terbaik digunakan sebagai larutan sumber besi dalam proses
presipitasi, sementara residu pelindian dianalisis dengan X-Ray Diffraction (XRD).
Presipitasi dilakukan dengan menggunakan (NH4)2HPO4 sebagai sumber fosfat dan
NH4OH sebagai pengatur pH. Proses presipitasi divariasikan pada kondisi pH 1 –
2,5, temperatur 30 – 90 °C, rasio mol P/Fe 0,8 – 1,4, dan penambahan seed 0 – 6%.
Perilaku presipitasi logam dan karakteristik presipitat yang diperoleh dipelajari
dengan analisis menggunakan AAS, XRD, Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS), Particle Size Analyzer (PSA), dan
Inductively Coupled Plasma-Mass Spectroscopy (ICP-MS).
Hasil percobaan pelindian pada tekanan atmosfer menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi asam dan temperatur meningkatkan persen ekstraksi besi, aluminium,
kromium, dan nikel. Sementara itu, peningkatan rasio S/L cenderung menurunkan
persen ekstraksi logam-logam tersebut. Kalsium cenderung sulit larut selama
percobaan pelindian dalam larutan asam sulfat. Kondisi pelindian pada tekanan
atmosfer terbaik terjadi pada kondisi konsentrasi asam sulfat 5 M, rasio S/L 0,25
g/ml, dan temperatur 95 °C dengan persen ekstraksi besi sebesar 98,02%. Hasil
percobaan presipitasi menunjukkan bahwa peningkatan pH dari 1 ke 2,5
meningkatkan persen presipitasi besi, aluminium, kromium, dan nikel. Sementara
itu, persen presipitasi kalsium mengalami kenaikan hingga pH 1,5 dan kemudian
turun seiring kenaikan pH ke 2,5. Persen presipitasi besi dan kromium naik seiring
peningkatan temperatur, sedangkan persen presipitasi aluminium dan nikel
cenderung turun dengan meningkatnya temperatur. Kalsium mengalami penurunan
persen presipitasi pada perubahan temperatur 30 °C ke 50 °C dan terus naik sampai
peningkatan temperatur ke 90 °C. Peningkatan rasio mol P/Fe meningkatan persen
presipitasi logam. Penambahan seed cenderung tidak memberikan pengaruh
signifikan pada persen presipitasi logam. Kondisi presipitasi terbaik diperoleh pada
pH 2,5, temperatur 90 °C, rasio mol P/Fe 1,2, dan tanpa penambahan seed dengan
persen presipitasi besi lebih dari 99%. Presipitat FePO4 yang diperoleh pada kondisi
terbaik memiliki morfologi bulky aggregation dengan rasio mol Fe/P 0,7631 dan
ukuran partikel rata-rata 1,1 ?m.