Koridor Sudirman merupakan koridor dengan pasokan dan agregat permintaan gedung
perkantoran tertinggi di DKI Jakarta, dengan tingkat hunian mencapai 75.4%. Hal ini
menyebabkan tingginya pergerakan masyarakat yang terjadi di sekitar koridor Sudirman. Namun,
masyarakat yang masih cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk beraktivitas
menyebabkan kepadatan lalu lintas. Kebijakan Electronic Road Pricing sebagai Transportation
Demand Management (TDM) hadir untuk mengatasi permasalahan ini melalui pembatasan
penggunaan kendaraan pribadi di jalan. Di sisi lain, dengan adanya jaringan MRT dan
TransJakarta di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman diharapkan dapat menjadi faktor penarik
masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Efektivitas kebijakan TDM bergantung pada
bagaimana pelaku perjalanan menanggapinya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
menganalisis probabilitas perpindahan moda dari kendaraan pribadi mobil dan motor menuju MRT
dan TransJakarta setelah adanya penerapan ERP di Jalan Jenderal Sudirman. Selain itu, penelitian
ini juga akan menganalisis tarif ERP yang ideal untuk diterapkan agar tercapainya pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi di Jalan Jenderal Sudirman. Berdasarkan analisis yang dilakukan
dengan menggunakan regresi logistik multinomial melalui pendekatan stated preference, faktorfaktor yang memengaruhi preferensi perpindahan moda menuju MRT dan TransJakarta adalah
biaya perjalanan, tarif ERP, jenis kelamin, pendapatan, jumlah mobil dimiliki, dan jumlah motor
dimiliki. Dengan diterapkannya ERP, terdapat peningkatan probabilitas pemilihan moda MRT
sebesar 18.59% dan TransJakarta sebesar 14.63%, serta terdapat penurunan pemilihan moda
mobil dan motor melewati Jalan Jenderal Sudirman sebesar 80.13% untuk motor dan 97.42% untuk
mobil. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tarif ERP ideal untuk mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi di Jalan Jenderal Sudirman adalah sebesar Rp11.000 untuk motor dan sebesar
Rp18.000 untuk mobil.