BAB 1 Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Faradilla Safira
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Penggunaan inhibitor korosi banyak diterapkan untuk mengendalikan laju korosi
baja di lingkungan aqueous. Banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa
berbagai limbah makanan dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi, salah
satunya kulit udang sebagai sumber water soluble chitosan (WSC). Penelitian ini
mempelajari signifikansi faktor kekasaran permukaan logam terhadap efisiensi
inhibitor WSC dalam larutan H2SO4 0,5 M dan HCl 0,5 M menggunakan metode
analysis of variance (ANOVA).
Uji perendaman variasi konsentrasi dilakukan untuk menentukan konsentrasi
optimum. Uji perendaman dalam larutan H2SO4 dilakukan dengan variasi
konsentrasi 0 gpl, 3 gpl, 5 gpl, 7 gpl, dan 10 gpl selama 24 jam, sedangkan dalam
larutan HCl dilakukan dengan variasi konsentrasi 0 gpl, 1 gpl, 2 gpl, 3 gpl, dan 4
gpl selama 24 jam. Kemudian, uji perendaman selama 24 jam pada suhu ruang
dalam larutan H2SO4 0,5 M dan HCl 0,5 M dilakukan dengan variasi kekasaran
permukaan berdasarkan kekasaran ampelas yang terakhir kali digunakan untuk
preparasi sampel, yaitu grit 60, 240, 800, dan 2000. Uji elektrokimia yang
dilakukan meliputi uji open circuit potential (OCP), electrochemical impedance
spectrocopy (EIS), potentiodynamic polarization (PDP) pada larutan HCl blank dan
HCl yang ditambahkan inhibitor WSC 3 gpl. Selain itu, dilakukan analisis
karakterisasi permukaan menggunakan scanning electron microscope (SEM),
karakterisasi senyawa organik menggunakan fourier-transform infrared
spectroscopy (FTIR), dan ultraviolet-visible spectroscopy (UV-Vis).
Proses ekstraksi inhibitor WSC dari limbah kulit udang dilakukan melalui proses
demineralisasi, deproteinasi, deasetilasi, dan konversi kitosan menjadi WSC.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan konsentrasi optimum
WSC pada larutan H2SO4 dan HCl berturut-turut adalah 5 gpl dan 3 gpl dengan
efisiensi inhibisi masing-masing sebesar 61,85% dan 94,31% pada grit kekasaran
2000. Berdasarkan hasil uji perendaman, PDP, dan EIS, semakin halus permukaan
suatu baja, maka nilai efisiensi inhibisinya akan semakin tinggi. Berdasarkan uji
OCP, diketahui bahwa WSC merupakan inhibitor tipe campuran. Model rangkaian
listrik ekuivalen pada larutan blank adalah Rs-(CPEdl/Rp) dan pada larutan dengan
penambahan inhibitor WSC adalah Rs-(CPEi(Ri(CPEdl/Rp))). Uji SEM
membuktikan inhibitor dapat mengurangi dampak korosi pada permukaan baja. Uji
FTIR dan UV-Vis membuktikan bahwa senyawa organik pada inhibitor teradsopsi
pada permukaan logam dan berperan dalam mengurangi laju korosi logam. Hasil
ANOVA menunjukkan bahwa kekasaran permukaan dan jenis larutan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kehilangan berat logam, tetapi kedua faktor
tersebut tidak berinteraksi secara signifikan satu sama lain.