digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

NI KETUT KETIS
PUBLIC Latifa Noor

Korosi merupakan masalah rumit dalam pertambangan minyak bumi. Selain mengandung air, minyak mentah dan gas alam juga dapat mengandung CO2, asam organik, misalnya asam asetat, serta senyawa sulfida dan garam-garam klorida yang bersifat korosif terhadap bagian dalam pipa baja pengalirnya. Korosi di luar pipa dapat dihambat dengan mengecat dan perlindungan katoda, sedangkan korosi di bagian dalam pipa dihambat dengan penambahan inhibitor. Ada dua macam inhibitor korosi yaitu inhibitor anorganik dan organik. Inhibitor anorganik memiliki inhibisi yang baik terhadap laju korosi namun menimbulkan masalah bagi lingkungan apabila terakumulasi, sehingga pengunaan inhibitor organik menjadi pilihan alternatif karena lebih ramah lingkungan. Senyawa organik heteroatom yang mengandung atom nitrogen, oksigen, atau sulfur pada molekulnya seperti asam amino dapat digunakan sebagai inhibitor korosi, karena dapat teradsorpsi dengan baik pada permukaan logam. Asam amino seperti asam glutamat memiliki dua gugus karboksilat dan satu gugus amina diharapkan dapat menginhibisi korosi dengan cara teradsorpsi pada permukaan baja karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas asam glutamat sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dalam larutan NaCl 1% jenuh CO2 menggunakan metode Tafel, dengan optimasi konsentrasi, pH, dan suhu. Optimasi pH menggunakan larutan buffer asetat yang dibuat dari natrium asetat yang konsentrasinya tetap dan larutan asam asetat yang konsentrasinya bervariasi. Aplikasi hasil riset ini untuk pembelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam topik pembahasan mengenai sel elektrokimia, pengukuran daya inhibisi suatu inhibitor korosi tidak memungkinkan menggunakan metode Tafel, sehingga uji inhibitor asam glutamat pada paku besi dilakukan dengan menggunakan media agar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi asam glutamat yang memberikan inhibisi korosi terbesar adalah 8 ppm sebesar 48,19% pada suhu kamar (26oC). Gugus fungsi asam glutamat yang berperan dominan dalam menginhibisi korosi adalah gugus karboksilat rantai samping. Dengan adanya buffer asetat dalam media dan kondisi di atas suhu kamar, asam glutamat 8 ppm tidak memberikan inhibisi yang berarti. Pada pH buffer asetat yang lebih tinggi, asam glutamat bersifat korosif terhadap baja karbon karena terbentuk lapis lindung yang kurang kedap atau berpori dibanding pH yang lebih rendah. Pada pH yang lebih rendah konsentrasi ion asetat dalam larutan semakin banyak dan membentuk lapis rangkap FeCO3.CH3COO– yang tidak berpori atau kedap sehingga arus korosi mengecil. Pada suhu yang lebih tinggi interaksi antara molekul asam glutamat dengan besi pada permukaan baja karbon melemah, sehingga interaksi permukaan baja karbon dengan media yang korosif masih dapat terjadi. Kenaikan suhu menyebabkan asam glutamat terurai melepas H+ membuat larutan uji semakin korosif dan arus korosi membesar. Kemampuan inhibisi asam glutamat pada paku besi dalam media agar menunjukkan hasil signifikan, sehingga dapat dipahami peran gugus fungsi pada asam glutamat dalam proses pembentukan lapis lindung pada permukaan paku besi dalam menghambat laju korosi. Asam glutamat paling efektif digunakan sebagai inhibitor korosi dalam media NaCl 1%, jenuh CO2, suhu kamar adalah pada konsentrasi 8 ppm. Dalam media yang mengandung buffer asetat dan di atas suhu kamar, asam glutamat tidak efektif digunakan sebagai inhibitor korosi. Dalam media agar, asam glutamat menunjukkan inhibisi yang baik pada paku besi, sehingga percobaan mengenai inhibitor korosi sebagai salah satu cara untuk memahami konsep korosi dalam topik elektrokimia, dapat diterapkan di Sekolah Menengah Atas