digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri pemanasan, ventilasi, dan pendinginan udara (HVAC) di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi dari tahun 2018 hingga 2030, sebesar 5,1% per tahun. Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat dengan iklim tropis dan kelembaban tinggi sepanjang tahun. Kondisi ini menjadikan Indonesai sebagai pasar potensial bagi setiap perusahaan AC, termasuk PT. ABC. Perusahaan ini adalah distributor utama di Indonesia untuk salah satu merek terbesar di industri AC. Merujuk data pangsa pasar dari GFK YTD 2021, penjualan PT. ABC menempatkan perusahaan tersebut pada pangsa pasar tertinggi kedua di tanah air, setelah PT. Sharp Electric Indonesia di urutan pertama. Perseroan juga berhasil mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang positif setiap tahunnya (kecuali pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19). Namun pencapaian tersebut belum cukup memuaskan bagi manajemen PT. ABC. Walaupun setiap tahun perusahaan selalu mampu memperoleh keuntungan, namun selama 11 tahun berdiri, PT. ABC hanya dapat mencapai target penjualan sebanyak dua kali Tahun Buku, yaitu pada Tahun Buku 2014 dan Tahun Buku 2015. Selain itu, manajemen kesulitan untuk menentukan tindakan perbaikan yang efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan guna mencapai target penjualan. Ini menjadi masalah penting yang harus segera diselesaikan. Perusahaan bertujuan untuk kembali menjadi pemimpin pasar dan mampu mencapai target penjualan setiap tahunnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen PT.ABC menyadari bahwa salah satu hal yang paling penting untuk dilakukan adalah mengevaluasi kinerja perusahaan dan melakukan perbaikan berkelanjutan. Saat ini PT. ABC tidak memiliki sistem manajemen kinerja khusus yang dapat mendukung mereka untuk mencapai tujuan. Kinerja perusahaan hanya diukur dengan menggunakan ukuran finansial. Pengukuran kinerja ini kurang relevan dan hampir tidak mendorong peningkatan berkelanjutan. Terdapat beberapa alternatif kerangka sistem manajemen kinerja yang dapat diterapkan di PT. ABC seperti Balance Scorecard (BSC), MBNQA, Performance Prism, Knowledge Based Performance Management System (KBPMS), dll. Diantara framework tersebut, KBPMS dipilih sebagai kerangka kerja untuk usulan solusi pada penelitian ini. Kerangka kerja ini telah banyak diterapkan di Indonesia dan mampu menghasilkan variabel kinerja yang sejalan dengan visi, misi, dan strategi perusahaan. Selain itu, kerangka kerja KBPMS juga berfokus pada pencapaian keinginan dan kebutuhan pemangku kepentingan perusahaan. Kerangka tersebut terdiri dari lima tahapan yaitu pondasi, informasi dasar, proses desain, implementasi, dan penyegaran. KBPMS memiliki tiga perspektif dalam merancang variabel kinerja, yaitu output organisasi, proses bisnis internal, dan kapabilitas sumber daya. Untuk menghasilkan variabel kinerja dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang sesuai untuk setiap perspektif KBPMS, dilakukan analisis internal dan eksternal dengan menggunakan analisis VRIO, analisis PESTEL, analisis SWOT dan matriks TOWS. Analisis ini menghasilkan 12 strategi bagi perusahaan untuk mencapai tujuan. Penentuan variable dan IKU menggunakan KBPMS menghasilkan 32 IKU dan 20 variabel untuk tiga perspektif berdasarkan visi, misi, dan strategi perusahaan. Perspektif output organisasi memiliki 3 variabel dan 11 IKU, proses bisnis internal memiliki 11 variabel dan 14 IKU, kapabilitas sumber daya memiliki 6 variabel dan 7 IKU. Analisis keterkaitan variabel dan bobot kepentingan variabel dengan menggunakan diagram tulang ikan dan Analytic Hierarchy Process (AHP) juga dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak dan korelasi antar variabel, serta peringkat prioritas variabel. Selain itu, penelitian ini juga menyediakan benchmarking pesaing dan rencana implementasi.