Pemetaan persebaran kekeringan tidak hanya dapat diidentifikasi menggunakan
parameter curah hujan saja, tetapi juga dapat dilihat dengan mempertimbangkan
data kelembapan tanah. Salah satu indeks kekeringan yang memanfaatkan
parameter kelembapan tanah adalah Soil Moisture Index (SMI). Adanya potensi
pada indeks SMI dalam mendeteksi kekeringan di Jawa Barat, namun pemanfaatan
indeks ini masih relatif sedikit digunakan. Sehingga penelitian ini, ingin melakukan
identifikasi persebaran kekeringan menggunakan indeks SMI dengan
membandingkannya terhadap Standardized Precipitation Index (SPI) yang sudah
umum digunakan dan terbukti keakuratannya.
Pada penelitian ini, identifikasi kekeringan dilakukan menggunakan metode SMI
dengan inputan data kelembapan tanah ERA5 Land dan SPI dengan inputan data
curah hujan CHIRPS. Selain itu, penelitian ini juga melakukan uji korelasi terhadap
hasil kedua indeks untuk melihat hubungan antara hasil kedua indeks.
Persebaran kekeringan yang dideteksi oleh metode SMI dan SPI menunjukkan pola
kekeringan yang sama. Namun, intensitas kekeringan yang dihasilkan oleh SMI
memberikan nilai yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan SPI. Hal ini
dapat dilihat dari hasil plot persebaran kekeringan dari kedua indeks, baik secara
temporal maupun spasial. Selain itu, berdasarkan hasil korelasi kedua indeks yang
diperoleh dari rata-rata nilai kekeringan seluruh wilayah disetiap tahun. Korelasi
tertinggi terjadi pada lag satu bulan dengan nilai 0,67. Hal ini menandakan bahwa
dampak kekeringan meteorologi (SPI) terhadap kekeringan pertanian (SMI)
memiliki jeda waktu satu bulanan.