digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ayu Cahyani
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Pada 21 April 2021, pukul 04.30 WIB, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang ketika sedang melakukan latihan penembakan torpedo di perairan Laut Bali. Seluruh 53 awak kapal gugur dalam insiden tersebut. Faktor teknis seperti listrik padam total diduga menjadi penyebab kapal selam kehilangan kendali. Namun, fenomena alam, khususnya keberadaan gelombang internal soliter juga diyakini sebagai salah satu penyebab kecelakaan. Selat Lombok dikenal sebagai salah satu lokasi utama pembangkitan gelombang internal di Indonesia, dan Laut Bali sebagai area penjalaran gelombang internal soliter. Keberadaan gelombang internal soliter dapat menimbulkan gangguan vertikal yang signifikan pada kolom air. Gangguan ini berpotensi menyebabkan pengurangan daya apung kapal selam secara tiba-tiba dan cepat. Observasi citra satelit yang dilakukan selama periode kecelakaan menunjukkan adanya gelombang internal soliter yang signifikan di sekitar lokasi insiden. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki karakteristik gelombang internal soliter selama periode kecelakaan KRI Nanggala-402. Pendekatan numerik dengan menggunakan model hidrodinamika MIKE 3 Flow Model FM non-hidrostatik digunakan untuk menyimulasikan gelombang ini dan memberikan pemahaman rinci mengenai pengaruh penjalaran gelombang internal soliter terhadap kondisi perairan yang relevan dengan insiden tersebut. Hasil model menunjukkan aktivitas gelombang internal soliter mencapai amplitudo maksimum ±3 m dengan panjang gelombang mencapai ±400 m menuju ke arah barat laut di area kecelakaan pada periode hilang kontak. Kecepatan arus komponen-u berkisar 0,04-0,24 m/s, arus komponen-v 0,02-0,17 m/s, arus komponen-w 0,0004-0,0147 m/s. Berdasarkan ukuran dimensi kapal selam dan aktivitas piknoklin, beban tambahan yang dirasakan kapal selam ketika hilang kontak di area kecelakaan diperkirakan mencapai 517,935 kg.