digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Luthfiah Sri Nada.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Air bersih adalah aspek krusial yang menunjang kehidupan sehari-hari. Kebutuhan air ini kian lama semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kota Malang dipilih sebagai lokasi studi karena latar belakangnya sebagai kota wisata dan pendidikan. Penduduk Kota Malang meningkat 0,13% dibanding tahun 2021. Selain itu, Kota Malang memiliki cakupan PDAM yang cukup tinggi yaitu 94,58% dan menempati posisi 3 dalam skala nasional. Disamping itu, Kota Malang terancam kekurangan air bersih karena tidak memiliki sumber air pribadi, sungai yang tercemar, serta ruang terbuka hijau yang menurun. Maka dari itu, diperlukan kajian kebutuhan air minum di Kota Malang untuk mengetahui kebutuhan air, faktor yang berpengaruh, perilaku masyarakat mengatasi kontinuitas dan fluktuasi air. Penelitian ini menggunakan metode penyebaran kuesioner secara online dan offline yang disebar secara simple random sampling kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel dan dilakukan analisis menggunakan SPSS 25. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 453 orang dengan kebutuhan air minum di Kota Malang sebesar 167,93 liter/orang/hari. Hasil ini berada di luar rentang kota besar berdasar SNI 168.1:2015 yaitu 100-150 liter/orang/hari. Hasil ini menunjukkan bahwa standar tersebut tidak relevan dengan kebutuhan air di Kota Malang. Adapun faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam mengonsumsi air yaitu tingkat pendidikan, ekonomi, jumlah anggota keluarga, parameter kimia, dan kontinuitas. Analisis terhadap jawaban solusi masyarakat mengatasi kontinuitas terdiri dari memakai tandon, sumur/mata air, menampung di bak mandi, dan gabungan dari tandon dan sumur/mata air. Fluktuasi pemakaian air masyarakat Kota Malang memiliki jam puncak pada pukul 06.00 dan jam 18.00 dengan faktor jam puncak sebesar 1,1.