Gempa bumi berpotensi menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur
khususnya jembatan, terutama di daerah rawan gempa seperti Indonesia. Sehingga
sangatlah penting untuk melakukan analisa reliabilitas atau tingkat kehandalan
jembatan terhadap adanya bahaya gempa. Berbagai ketidakpastian tentang
besarnya gempa, karakteristik gempa, lokasi episentrum gempa, serta kerusakan
elemen struktur jembatan yang ditimbulkannya menjadi tantangan tersendiri.
Tingkat kehandalan jembatan terhadap bahaya gempa dapat dianalisa dengan
pengembangan kurva fragilitas (fragility curve) yang kemudian di-konvolusi-kan
dengan kurva hazard (hazard curve) untuk suatu tapak tertentu.
Jembatan lengkung LRT Kuningan mempunyai panjang total 321 m yang terdiri
dari 86.5 meter bagian peralihan sebelum dan sesudah lengkung serta 148 meter
bagian lengkung.
Dalam penelitian ini kurva fragilitas dikembangkan melalui Incremental Dynamic
Analysis (IDA) berdasarkan NLTHA (nonlinear time history analysis) untuk taraf
kinerja FY (first yield), O (Operational), LS (Life Safe), dan CP (collapse
prevention). NLTHA dilakukan dengan 18 buah data rekaman gempa (ground
motion) yang telah dilakukan spectral matching secara 3D (tiga dimensi) sesuai
dengan target lokasi yaitu Jakarta berdasarkan Spectral Matching of Three-
Component Seismic Groundaccelerations for Nuclear Power Plants
(Mangkoesubroto, Zulkifli, Yasa, 2021) dengan mengacu kepada Peta Sumber dan
Bahaya Gempa Indonesia 2017. Untuk mendekati kondisi aktual, struktur
dimodelkan dengan konsep moving base dengan input ground-motion yang berupa
displacement pada 3(tiga) arah, yaitu arah gempa major, minor dan vertical. Arah
gempa major diasumsikan berasal dari sesar Cimandiri. Intensity Measure (IM)
yang digunakan dalam analisa adalah Spektral percepatan (SPa) sedangkan
Damage Measure (DM) yang digunakan adalah daktilitas elemen struktur. Hasil
dari Incremental Dynamic Analysis (IDA) digunakan untuk mengembangkan kurva
fragilitas.
Potensi terjadinya sendi plastis ditinjau pada lokasi pier paling bawah, tengah, dan
atas, serta girder di sekitar pier dan di tengah bentang. Di dalam analisa ini, system
struktur jembatan diasumsikan terjepit sempurna pada dasar pier jembatan dan tidak
ii
terjadi kegagalan geser terlebih dahulu. Adanya variasi kekuatan material struktur,
dalam hal ini beton dan baja tulangan tidak diperhtungkan di dalam analisa
reliabilitas.
Reliabilitas struktur dihitung sebagai reliabilitas struktur hingga mencapai kinerja
CP. Dari hasil analisa reliabilitas, tampak bahwa pada Struktur Jembatan Lengkung
Longspan LRT Kuningan reliabilitas struktur cenderung ditentukan oleh reliabilitas
struktur terhadap rotasi pada sumbu X (torsi). Hal ini mengkonfirmasi bahwa
perilaku torsi pada tipe jembatan lengkung dengan hubungan Pier-Girder yang
rigid, adalah dominan. Sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap perilaku
torsi dimana pada saat penelitian ini dilakukan, referensi dan hasil pengujian
karakteristik nonlinier dari perilaku torsi struktur beton bertulang masih sangat
terbatas.
Di dalam AASHTO Bridge Design Specification disebutkan bahwa untuk
kombinasi pembebanan untuk Strength I Limit State dimana kombinasi
pembebanan memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam
keadaan normal tanpa memperhitungkan beban angin, telah dikalibrasi untuk index
reliabilitas 3.5. Berdasarkan IAEA Safety Report, performance goal untuk fasilitas
karena event external environtmental, dalam hal ini gempa bumi berada pada 10-3
hingga 10-4 atau dengan kata lain ?=3. Pada analisa ini, dimana menggunakan nilai
kepercayaan kerentanan pada median Q=50%, penggunaan nilai ?=3.5 dirasa lebih
tepat.
Hasil analisa menunjukkan bahwa struktur jembatan lengkung Longspan LRT
Kuningan mempunyai indeks reliabilitas terhadap kegagalan rotasi terhadap sumbu
X(torsi) sebesar 3.321, indeks reliabilitas terhadap kegagalan rotasi terhadap sumbu
Y(sumbu kuat) sebesar 3.791 dan indeks reliabilitas terhadap kegagalan rotasi
terhadap sumbu Z(sumbu lemah) sebesar 3.546.