digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jumlah kasus COVID-19 terus bertambah dan menyebar di seluruh dunia hingga mencapai 768 juta kasus pada tanggal 19 Juli 2023. Beberapa jenis antivirus dan antibiotik menjadi pilihan untuk penanganan COVID-19. Selain mengutamakan efikasi, pertimbangan keamanan penggunaan juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Kejadian ROM dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, meningkatkan biaya kesehatan, dan memperlama waktu rawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran reaksi obat merugikan pada pasien COVID-19 di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung, menentukan hubungan kausalitas dan tingkat keparahan ROM. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional dengan desain cross sectional secara retrospektif. Sebanyak 120 data pasien dianalisis pada penelitian ini, 61% pasien mengalami ROM dengan 104 kejadian. Kejadian ROM yang paling banyak terjadi yaitu gangguan fungsi hati (48%) dan gangguan gastrointestinal (24%). Sebagian besar kejadian ROM yang terjadi diakibatkan oleh obat Favipiravir (34%) dan Remdesivir (33%). ROM yang terjadi memiliki kausalitas 59% “dapat mungkin” (probable) dan 41% bersifat “mungkin” (possible), sedangkan derajat keparahan ROM yang terjadi sebanyak 42% memiliki tingkat keparahan “ringan” dan 58% “sedang”. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dan lama perawatan dengan kejadian ROM (p<0,05) signifikan berbeda bermakna. Dapat disimpulkan, terapi antivirus dan antibiotik pada COVID-19 menimbulkan gejala ROM paling banyak berupa gangguan fungsi hati dan gangguan gastrointestinal dan hubungan kausalitas di dominasi probable dengan keparahan sedang.