Bahasa isyarat yang menjadi alat komunikasi utama bagi penyandang tunarungu
(Tuli) memiliki berbagai macam variasi berbeda pada setiap daerah. Namun, studi
linguistik mengenai bahasa isyarat belum banyak dilakukan meskipun
keberadaannya terus mengalami perkembangan hingga akulturasi pada beberapa
daerah. Sebagai satu keragaman bahasa dan identitas budaya bagi penyandang Tuli,
bahasa daerah juga perlu dilestarikan. Bandung sebagai kota yang memiliki jenis
Tuli tertinggi dari seluruh penyandang disabilitas di dalamnya, memiliki komunitas
Tuli yang besar dan aktif dalam mengenalkan gerak isyarat khas. Bahkan beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perkembangan bahasa isyarat daerah mengarah
pada dimulainya pembangunan sekolah luar biasa pertama yang berada di kota
Bandung. Media yang baru dapat membantu mempertahankan bahasa isyarat khas
Bandung untuk bertahan lebih lama agar tidak mengalami perubahan, peralihan dan
kematian bahasa sekaligus menjadi media desiminasi. Kamus digital dipilih untuk
menjadi media dokumentasi bahasa isyarat Bandung karena sesuai dengan
kebutuhan dari permasalahan mengenai ketahanan bahasa. Sifat digital dapat
diartikan sebagai barang tidak berwujud atau maya sehingga, membutuhkan tempat
untuk menjalankan serangkaian sistemnya. Sistem operasi digital dapat diringkas
dalam satu kesatuan berbentuk aplikasi yang dapat dijalankan pada dua jenis device,
yaitu desktop dan mobile. Mengacu pada perancangan kamus digital yang berfungsi
sebagai alat bantu maka membutuhkan fleksibilitas kegunaan, sehingga aplikasi
akan dirancang pada media yang bersifat mobile (mobile apps). Perancangan kamus
menggunakan peraga dalam bentuk animasi jenis 3 dimensi (3D) sebagai
penyampai bahasa yang dicari maupun yang ingin diketahui sebagai media belajar.
Sehingga tujuan dari studi linguistik mengenai bahasa isyarat Bandung adalah
untuk dapat menjadi dokumentasi bahasa ke dalam kamus digital dalam bentuk
peraga animasi 3D. Perancangan kamus digital juga bermanfaat sebagai media
belajar mengenai bahasa isyarat Bandung hingga menjadi alat bantu untuk
berkomunikasi dengan penyandang Tuli di daerah Bandung. Penelitian
menggunakan metode design thinking dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan secara langsung pada komunitas di Tuli di Kota Bandung dan akan
berkembang secara kolektif seiring dengan temuan bahasa isyarat daerah Bandung.