Tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi di kota-kota besar Indonesia
disebabkan oleh pelayanan transportasi publik eksisting yang belum dapat
memberikan pengalaman perjalanan yang terkoneksi secara langsung dari titik
keberangkatan hingga tujuan akhir. Hal ini dapat dicapai dengan pengaplikasian
konsep transportasi cerdas dengan mengintegrasikan berbagai moda eksisting demi
memberikan perjalanan multimoda yang lebih optimal serta digitalisasi sistem
operasional pelayanan eksisting. Melalui penerapan tersebut, pengembangan
transportasi publik diarahkan untuk dapat mewujudkan seamless mobility untuk
transportasi publik yang lebih mudah dan efisien. Kota Surabaya sebagai salah satu
kota yang telah menerapkan konsep Smart City telah mempunyai sistem Bus Rapid
Transit (BRT) sebagai salah satu bentuk penerapan sistem transportasi cerdas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pelayanan transportasi publik
BRT di Kota Surabaya dalam memberikan perjalanan seamless mobility bagi
masyarakat.
Bus Rapid Transit sebagai salah satu alternatif moda transportasi publik yang telah
hadir di berbagai sistem transportasi perkotaan di kota-kota besar. Adanya
fleksibilitas dalam penentuan jangkauan trayek rute dan biaya pengadaan dan
pengelolaan yang lebih rendah dibandingkan dengan transportasi lain menjadikan
BRT sebagai alternatif moda yang lebih mungkin untuk dikembangkan untuk
memberikan pelayanan transportasi publik di perkotaan. Pelayanan BRT perlu
memiliki konsep yang terintegrasi dengan pelayanan alternatif moda lain serta
pengaplikasian teknologi cerdas dalam operasionalnya. Berdasarkan hasil kajian
literatur keduanya merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam memberikan
perjalanan yang lebih efisien dan mudah sebagai bagian dalam perwujudan
seamless mobility. Integrasi yang dimaksud berfokus pada peningkatan
interkonektivitas melalui optimasi titik-titik transit serta akses-akses pejalan kaki
maupun kendaraan non bermotor, serta peningkatan sinkronisasi dan realibilitas
dalam penjadwalan keberangkatan moda. Aplikasi teknologi cerdas digunakan
untuk mengembangkan pelayanan pembayaran, ticketing, dan sistem informasi
yang memberikan kemudahan lebih bagi penumpang. Dari sana, diidentifikasi
terdapat lima objektif seamless mobility yang perlu dicapai, yaitu interkoneksi
alternatif moda yang berbeda, optimasi sinkronisasi dan realibilitas jadwal moda,
pengaplikasian one-ticket journey, peningkatan tingkat keamanan dan kenyaman,ii
serta penyediaan sistem informasi yang dinamis dan real-time. Kelima objektif
tersebut digunakan sebagai acuan dalam merumuskan indikator-indikator seamless
mobility yang digunakan dalam proses analisis.
Proses analisis dilakukan dengan pendekatan Gap Analysis yang mengidentifikasi
kondisi eksisting dan kondisi yang diekspektasikan penumpang dalam pelayanan
BRT eksisting. Kedua kondisi tersebut diidentifikasi dengan melakukan observasi
dengan pelayanan fasilitas eksisting dan membandingkannya dengan standarstandar seamless yang perlu dicapai serta melihat preferensi pengguna dalam
meninjau hal tersebut. Preferensi pengguna dianalisis hingga menghasilkan angka
indeks pencapaian untuk merepresentasikan tingkatan kualitas kondisi pelayanan
eksisting dalam mewujudkan seamless mobility. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan metode penghitungan Customer Satisfaction Index (CSI) serta
Importance Performance Analysis (IPA) Matrix untuk mengeluarkan rekomendasi
prioritisasi dalam pengembangan selanjutnya. Analisis dilakukan dengan
menggunakan 24 indikator seamless mobility dalam menilai kualitas seamlessness
dari pelayanan yang ada. Hasil analisis menunjukkan dari 24 indikator yang ada,
hanya 5 indikator seamless mobility yang dikategorikan telah memenuhi standar
yang ada. Selain itu, tingkat kepuasan penumpang dalam pengadaan seamless
mobility di Kota Surabaya senilai 52% yang berarti cukup puas. Angka tersebut
berada dalam kondisi ambang yang apabila tidak ada pengembangan signifikan di
masa mendatang akan mengalami penurunan. Hasil IPA Matrix menunjukkan
dalam mengoptimalkan pelayanan yang ada, pengembangan perlu berfokus pada
atribut yang dirasa memiliki tingkat kepentingan yang tinggi serta kualitas
performansi yang buruk. Indikator-indikator yang diprioritaskan perlu untuk
dikembangkan ialah Jalur Sepeda, Jarak Akses Intermoda, Jadwal Keberangkatan
dan Kedatangan, Waktu Tunggu, Kenyamanan Akses, dan Kenyamanan Transit.