digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Teddy Kurniawan Bahar
PUBLIC Yoninur Almira


Tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi di kota-kota besar Indonesia disebabkan oleh pelayanan transportasi publik eksisting yang belum dapat memberikan pengalaman perjalanan yang terkoneksi secara langsung dari titik keberangkatan hingga tujuan akhir. Hal ini dapat dicapai dengan pengaplikasian konsep transportasi cerdas dengan mengintegrasikan berbagai moda eksisting demi memberikan perjalanan multimoda yang lebih optimal serta digitalisasi sistem operasional pelayanan eksisting. Melalui penerapan tersebut, pengembangan transportasi publik diarahkan untuk dapat mewujudkan seamless mobility untuk transportasi publik yang lebih mudah dan efisien. Kota Surabaya sebagai salah satu kota yang telah menerapkan konsep Smart City telah mempunyai sistem Bus Rapid Transit (BRT) sebagai salah satu bentuk penerapan sistem transportasi cerdas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pelayanan transportasi publik BRT di Kota Surabaya dalam memberikan perjalanan seamless mobility bagi masyarakat. Bus Rapid Transit sebagai salah satu alternatif moda transportasi publik yang telah hadir di berbagai sistem transportasi perkotaan di kota-kota besar. Adanya fleksibilitas dalam penentuan jangkauan trayek rute dan biaya pengadaan dan pengelolaan yang lebih rendah dibandingkan dengan transportasi lain menjadikan BRT sebagai alternatif moda yang lebih mungkin untuk dikembangkan untuk memberikan pelayanan transportasi publik di perkotaan. Pelayanan BRT perlu memiliki konsep yang terintegrasi dengan pelayanan alternatif moda lain serta pengaplikasian teknologi cerdas dalam operasionalnya. Berdasarkan hasil kajian literatur keduanya merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam memberikan perjalanan yang lebih efisien dan mudah sebagai bagian dalam perwujudan seamless mobility. Integrasi yang dimaksud berfokus pada peningkatan interkonektivitas melalui optimasi titik-titik transit serta akses-akses pejalan kaki maupun kendaraan non bermotor, serta peningkatan sinkronisasi dan realibilitas dalam penjadwalan keberangkatan moda. Aplikasi teknologi cerdas digunakan untuk mengembangkan pelayanan pembayaran, ticketing, dan sistem informasi yang memberikan kemudahan lebih bagi penumpang. Dari sana, diidentifikasi terdapat lima objektif seamless mobility yang perlu dicapai, yaitu interkoneksi alternatif moda yang berbeda, optimasi sinkronisasi dan realibilitas jadwal moda, pengaplikasian one-ticket journey, peningkatan tingkat keamanan dan kenyaman,ii serta penyediaan sistem informasi yang dinamis dan real-time. Kelima objektif tersebut digunakan sebagai acuan dalam merumuskan indikator-indikator seamless mobility yang digunakan dalam proses analisis. Proses analisis dilakukan dengan pendekatan Gap Analysis yang mengidentifikasi kondisi eksisting dan kondisi yang diekspektasikan penumpang dalam pelayanan BRT eksisting. Kedua kondisi tersebut diidentifikasi dengan melakukan observasi dengan pelayanan fasilitas eksisting dan membandingkannya dengan standarstandar seamless yang perlu dicapai serta melihat preferensi pengguna dalam meninjau hal tersebut. Preferensi pengguna dianalisis hingga menghasilkan angka indeks pencapaian untuk merepresentasikan tingkatan kualitas kondisi pelayanan eksisting dalam mewujudkan seamless mobility. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode penghitungan Customer Satisfaction Index (CSI) serta Importance Performance Analysis (IPA) Matrix untuk mengeluarkan rekomendasi prioritisasi dalam pengembangan selanjutnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan 24 indikator seamless mobility dalam menilai kualitas seamlessness dari pelayanan yang ada. Hasil analisis menunjukkan dari 24 indikator yang ada, hanya 5 indikator seamless mobility yang dikategorikan telah memenuhi standar yang ada. Selain itu, tingkat kepuasan penumpang dalam pengadaan seamless mobility di Kota Surabaya senilai 52% yang berarti cukup puas. Angka tersebut berada dalam kondisi ambang yang apabila tidak ada pengembangan signifikan di masa mendatang akan mengalami penurunan. Hasil IPA Matrix menunjukkan dalam mengoptimalkan pelayanan yang ada, pengembangan perlu berfokus pada atribut yang dirasa memiliki tingkat kepentingan yang tinggi serta kualitas performansi yang buruk. Indikator-indikator yang diprioritaskan perlu untuk dikembangkan ialah Jalur Sepeda, Jarak Akses Intermoda, Jadwal Keberangkatan dan Kedatangan, Waktu Tunggu, Kenyamanan Akses, dan Kenyamanan Transit.