digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Artefak kebudayaan tidak akan lepas dari aktivitas manusianya, sehingga dapat menggambarkan identitas kelompok manusia itu sendiri. Salah satu artefak budaya yang ada di Indonesia adalah keramik tradisi, objek budaya tersebut erat kaitannya dengan aktivitas sebuah kelompok masyarakat karena penggunaannya yang luas dalam kehidupan seperti alat makan, alat ritual, benda seni dan fungsi keseharian lainnya. Relasi antara keramik tradisi dan masyarakat begitu erat, sehingga keberadaanya sangat bergantung pada masyarakat itu sendiri. Namun, Perkembangan zaman menyebabkan adanya dinamisasi budaya, sehingg praktik-praktik dalam sebuah kebudayaan juga mengalami perubahan. Dengan adanya perubahan budaya, maka eksistensi keramik tradisi juga mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada keramik tradisi mengarah pada kondisi degradasi. Kondisi degradasi itu bisa terlihat pada penurunan jumlah objek keramik yang diciptakan, berkurangnya jenis benda keramik juga kualitas yang tidak lagi sebaik dulu, berkurangnya bahan baku tanah liat serta ruang produksi keramik, dan tentunya praktisi keramik yang semakin berkurang dikarenakan regenerasi yang tidak berjalan. Hal tersebut bisa kita temukan di beberapa sentra keramik tradisi di Indonesia, yang kemudian penulis kerucutkan pada satu sentra keramik untuk diteliti. Keramik tradisi yang penulis teliti adalah keramik Sitiwinangun, salah satu sentra keramik di Jawa Barat yang memiliki kekhasan visual dan potensi budaya yang kuat namun mengalami fenomena degradasi eksistensi. Dalam proses penelusuran di sentra keramik Sitiwinangun, fenomena degradasi sangat terlihat dengan faktor utamanya yaitu regenerasi yang terhenti dan subtitusi material yang menggantikan keramik untuk produk fungsional. Dalam proses penelusuran sentra keramik Sitiwinangun, penulis menggunakan pendekatan etnografi serta dalam penciptaan karya penulis mencoba menggunakan pendekatan arkeolog dalam proses penciptaan visual yang penulis gunakan di dalam karya. Keduanya penulis gunakan sebagai upaya mengidentifikasi fenomena degradasi eksistensi melaluyi relasi artefak dan pembuatnya yaitu praktisi keramik tradisi Sitiwinangun. Penulis mencoba menampilkan kondisi degradasi eksistensi keramik Sitiwinangun tersebut melalui karya instalasi keramik yang menampilkan fragmen-fragmen objek keramik tradisi Sitiwinangun dan juga image-image lanskap sentra keramik Sitiwinangun. Karya ini diharapkan dapat membuka kesadaran akan eksistensi keramik tradisi sebagai objek budaya yang memiliki potensi dalam ranah tertentu seperti budaya, seni, ekonomi, pariwisata serta akademis.