Artefak kebudayaan tidak akan lepas dari aktivitas manusianya, sehingga dapat
menggambarkan identitas kelompok manusia itu sendiri. Salah satu artefak budaya
yang ada di Indonesia adalah keramik tradisi, objek budaya tersebut erat kaitannya
dengan aktivitas sebuah kelompok masyarakat karena penggunaannya yang luas dalam
kehidupan seperti alat makan, alat ritual, benda seni dan fungsi keseharian lainnya.
Relasi antara keramik tradisi dan masyarakat begitu erat, sehingga keberadaanya sangat
bergantung pada masyarakat itu sendiri. Namun, Perkembangan zaman menyebabkan
adanya dinamisasi budaya, sehingg praktik-praktik dalam sebuah kebudayaan juga
mengalami perubahan. Dengan adanya perubahan budaya, maka eksistensi keramik
tradisi juga mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada keramik tradisi
mengarah pada kondisi degradasi.
Kondisi degradasi itu bisa terlihat pada penurunan jumlah objek keramik yang
diciptakan, berkurangnya jenis benda keramik juga kualitas yang tidak lagi sebaik dulu,
berkurangnya bahan baku tanah liat serta ruang produksi keramik, dan tentunya praktisi
keramik yang semakin berkurang dikarenakan regenerasi yang tidak berjalan. Hal
tersebut bisa kita temukan di beberapa sentra keramik tradisi di Indonesia, yang
kemudian penulis kerucutkan pada satu sentra keramik untuk diteliti.
Keramik tradisi yang penulis teliti adalah keramik Sitiwinangun, salah satu sentra
keramik di Jawa Barat yang memiliki kekhasan visual dan potensi budaya yang kuat
namun mengalami fenomena degradasi eksistensi. Dalam proses penelusuran di sentra
keramik Sitiwinangun, fenomena degradasi sangat terlihat dengan faktor utamanya
yaitu regenerasi yang terhenti dan subtitusi material yang menggantikan keramik untuk
produk fungsional. Dalam proses penelusuran sentra keramik Sitiwinangun, penulis
menggunakan pendekatan etnografi serta dalam penciptaan karya penulis mencoba
menggunakan pendekatan arkeolog dalam proses penciptaan visual yang penulis
gunakan di dalam karya. Keduanya penulis gunakan sebagai upaya mengidentifikasi
fenomena degradasi eksistensi melaluyi relasi artefak dan pembuatnya yaitu praktisi
keramik tradisi Sitiwinangun.
Penulis mencoba menampilkan kondisi degradasi eksistensi keramik Sitiwinangun
tersebut melalui karya instalasi keramik yang menampilkan fragmen-fragmen objek
keramik tradisi Sitiwinangun dan juga image-image lanskap sentra keramik
Sitiwinangun. Karya ini diharapkan dapat membuka kesadaran akan eksistensi keramik
tradisi sebagai objek budaya yang memiliki potensi dalam ranah tertentu seperti
budaya, seni, ekonomi, pariwisata serta akademis.