digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Flavia Giulietta Nur Shadrina [17020038]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Fenomena ketika kebebasan berekspresi seseorang dibatasi oleh pandangan orang lain termasuk ke dalam salah satu fenomena tatapan atau gaze. Fenomena ini dapat terjadi kepada siapa saja, termasuk penulis. Oleh karena tatapan orang lain yang kemungkinan menilainya, penulis membatasi lingkup ekspresi dan tindakannya. Hal ini kemudian berpengaruh pada persona penulis dan bagaimana penulis mempersepsikan diri dan eksistensinya. Seri “Jarak antara Intensi dan Konsekuensi” memuat lima karya drawing berisi kontemplasi penulis tentang bentuk eksistensinya yang hidup di antara cara penulis membawa diri dan cara orang lain menatapnya. Seri karya ini didasari oleh teori seni sebagai representasi dan teori gaze dalam eksistensialisme Jean-Paul Sartre. Kemudian, Diane Arbus, John Coplans, dan David Hockney merupakan seniman-seniman yang karyanya penulis jadikan referensi dalam pembuatan seri “Jarak antara Intensi dan Konsekuensi” ini. Media yang penulis gunakan untuk membuat karya adalah soft pastel dan pensil pastel. Metode drawing yang digunakan adalah penumpukan arsir berupa garis yang ditimpa dan digosok secara berulang kali di atas modul kertas. Melalui metode tersebut, visual yang dihasilkan berupa karya dengan kualitas hiperrealisme. Hiperrealisme merepresentasikan pengandaian penulis kepada tatapan orang lain terhadap dirinya sendiri. Melalui konfigurasi potongan tubuh orang lain, penulis menghadirkan bentuk eksistensinya yang dibangun dari tatapan orang terhadap dirinya. Terdapat lima konfigurasi bentuk dalam seri karya, yang berarti terdapat lima bentuk eksistensi penulis dengan gagasan yang berbeda-beda. Gagasan masing-masing karya merujuk kepada kata-kata kunci yang penulis dapatkan dari tatapan orang terhadap personanya. Melalui pembuatan seri karya ini, penulis benar-benar berkontemplasi mengenai caranya membawa diri dan tatapan orang lain terhadapnya. Pengalaman mengeksplorasi representasi eksistensi merupakan perjalanan bagi penulis. Untuk sekarang, penulis mengamini seluruh gagasan yang mendasari karya. Namun, penulis merasa eksistensi seorang manusia tidak pejal tanpa ruang untuk negasi. Maka dari itu, eksistensi seseorang akan selalu tumbuh dan bergerak di dalam manusia itu sendiri.