digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2023 TS PP NOVITA YULIA 1.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Dalam budaya patriarki Indonesia, praktik penyaluran karya seni adalah kegiatan yang sebagian besar diperuntukkan bagi aktor seni rupa berjenis kelamin laki-laki. Meski peningkatan kesadaran akan kesetaraan gender dalam berbagai biang, pasar seni rupa masih terjebak dalam paradigma yang cenderung mendiskriminasi perempuan dalam perannya sebagai penyalur. Pada tahun 1980-an, perempuan penyalur seni mulai muncul di Indonesia. Jais Darga adalah perempuan penyalur seni yang di tahun 1987 memperkenalkan dirinya sebagai penyalur seni pada masyarakat seni rupa Indonesia. Jais Darga tercatat memiliki galeri di Indonesia dan Perancis. Melalui galeri-galerinya ini, Jais Darga menyelenggarakan berbagai pameran dan memperkenalkan seniman-seniman Indonesia ke panggung seni rupa global. Fokus penelitian ini adalah mengkaji kemunculan penyalur seni di Indonesia dan kekhasan praktik penyalur seni yang dilakukan oleh Jais Darga sebagai perempuan penyalur seni yang didominasi oleh laki-laki. Penelitian ini mengambil dua sampel pameran yang pernah diseleggarakan Jais Darga: Pameran Modern Masters of Indonesia and Europe (Darga Gallery, Indonesia) dan Pameran Six Peintres Indonesien A Paris (Darga & Lansberg Galerie, Paris). Kedua pameran ini dianalisis menggunakan teori modal Pierre Felix Bourdieu dan tiga konsep transendensi Simone De Beauvoir. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jawaban bahwa Jais Darga telah berhasil menembus stereotipe patriarki dan mendapatkan pengakuan dalam bidang penyaluran karya seni. Penelitian ini juga menanalisa perbedaan dan strategi serta kekhasan praktik Jais Dargasebagai perempuan penyalur seni dalam memasarkan karya seni yang ia miliki.