digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Ariadne Maraya [17020020]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Konstruksi sosial gender yang kaku dan norma patriarkal telah membatasi ekspresi diri individu, terutama dalam lingkungan konservatif. Dinamika gender, sebagai konstruksi sosial yang terus berkembang, membuka ruang bagi pemahaman yang lebih inklusif terhadap identitas dan ekspresi diri. Melalui seni lukis, penulis berupaya menarasikan perspektif yang terpinggirkan dengan mengangkat tema stigma negatif terhadap tindik pada tubuh perempuan. Seri lukisan "Permadani Terpatri" hadir sebagai visualisasi perlawanan terhadap norma-norma tradisional tentang keindahan dan identitas. Teknik close-up yang menonjolkan detail tindik pada tubuh perempuan merajut narasi tentang upaya perempuan untuk merebut kembali otonomi tubuh dan merayakan kebebasan berekspresi. Karya ini berakar pada teori seni representasi, konsep Painting on Ready-Made Object, dan kajian teori feminisme serta stereotip gender. Penggunaan brokat sebagai ready-made object yang erat korelasinya dengan pakaian wanita dalam karya ini mengungkapkan bagaimana materialitas benda sehari-hari dapat dimaknai ulang, menciptakan simbolisme yang kuat terkait identitas feminin. Dengan merujuk pada seniman seperti Illaria Margutti, Dianna Molzan, dan Sigmar Polke, serta menggunakan metode realis representatif, seri lukisan ini menjadi sebuah pernyataan visual yang kuat tentang keberanian untuk menjadi diri sendiri. Perpaduan antara tindik dan objek perempuan dalam karya ini menggali pengaruh penampilan seseorang terhadap perasaan dan persepsi manusia. Wacana feminisme dan representasi perempuan bertindik melalui seni lukis ini pun memberikan kontribusi signifikan terhadap diskursus seni rupa, membuka ruang bagi pemahaman yang lebih kritis terhadap representasi tubuh perempuan dalam seni.