digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB1.pdf


1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB2.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB3.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB4.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB5a.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB5b.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB6a.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB6b.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-BAB7.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-COVER.pdf

1993 TS PP DEWI SAWITRI 1-PUSTAKA.pdf

ABSTRAK: GBHN 1993 menggariskan bahwa titik berat pembangunan jangka panjang ke II adalah pada bidang ekonomi yang diikuti oleh pengembangan sumberdaya manusia. Di dalam era globalisasi yang telah melanda dunia pada saat ini, keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kemampuan Bangsa Indonesia di dalam menghadapi tantangan serta memanfaatkan kesempatan yang dihasilkan oleh globalisasi ini. Di dalam usaha untuk mencapai cita-cita pembangunan dengan berbagai tantangan serta kesempatan yang ada, pada awal pembangunan jangka panjang ke II, sektor industri akan dijadikan kekuatan utama di dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Pelita keenam akan dijadikan awal masa industrialisasi di Indonesia. Industrialisasi yang berhasil akan menuntut kemampuan di bidang teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang tinggi. Untuk itu pendidikan akan menjadi ujung tombak. Hingga menjelang akhir pembangunan jangka panjang Ke I ini, sektor industri di Indonesia belum mampu membawa Indonesia dalam jajaran negara industri di negara berkembang, meskipun sektor industri telah mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan sejak awal orde baru. Oleh karena itu sektor industri masih perlu dipacu. Untuk memacu pertumbuhan tersebut tidak dapat lepas dari kemampuan sumberdaya manusia sebagai pelaku utama. Kualitas sumberdaya manusia Indonesia, khususnya dilihat dari pendidikannya, sangat rendah. Di lain pihak usaha pengembangan pendidikan yang telah dilakukan selama ini telah menghasilkan dampak sosial yang tidak diinginkan, yaitu pengangguran tenaga kerja terdidik dan penghargaan yang rendah pada pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melacak arah kebijaksanaan pengembangan pendidikan yang mampu mendorong pertumbuhan sektor industri, sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan seperangkat eksperimen simulasi untuk melihat dampak setiap tindakan atau kebijaksanaan yang mungkin ada. Eksperimen simulasi tersebut dilakukan dengan pendekatan System Dynamics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada perubahan kebijaksanaan, baik di bidang pendidikan maupun di sektor industri, akan terjadi ketimpangan pendidikan angkatan kerja; pertumbuhan sektor industri yang lamban; kesejahteraan tenaga kerja industri yang semakin menurun dan tingkat pengangguran yang semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan agar cita-cita pembangunan dapat tercapai. Tindakan yang terlihat mampu mengubah keadaan ke arah yang diinginkan, selain pengembangan kuantitas pendidikan juga perlu didukung oleh pengembangan permintaan produk industri, khususnya melalui ekspor, dan oleh peningkatan ketersediaan dana. Perlunya dukungan kedua faktor tersebut, kualitas pendidikan menjadi penting, yaitu untuk meningkatkan dasar kemampuan menciptakan produk berkualitas ekspor dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Untuk mendorong pertumbuhan sektor industri dan peningkatan kesejahteraan, pengembangan pendidikan diusulkan, selain diarahkan pada kuantitas pendidikan juga pada kualitas pendidikan. Kuantitas pendidikan diarahkan pada percepatan wajib belajar 9 tahun, pengembangan pendidikan secara berjenjang dan pengembangan pendidikan swasta yang lebih selektif. Kualitas pendidikan diarahkan pada pengembangan kualitas pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan pengembangan bidang pendidikan yang sesuai dengan tuntutan industri, yaitu teknik, manajemen dan perdagangan internasional. Karena ekspor menjadi faktor penting, kualitas pendidikan yang dibutuhkan adalah kualitas pendidikan yang bertaraf internasional. Di dalam usaha penyempurnaan kajian ini, diusulkan kajian lebih lanjut yang mempertimbangkan kualitas pendidikan, ekspor, ketersediaan dana dan mobilitas tenaga kerja serta keputusan individu untuk melanjutkan pendidikan sebagai variabel endogen. Apabila tenaga kerja dan upah di setiap sub sektor industri cukup beragam, sektor industri sebaiknya dipisahkan kedalam sub-sub sektor yang spesifik.