digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

HERLIANA
PUBLIC Latifa Noor

Matoa (Pometia pinnata) merupakan tumbuhan khas Papua yang buahnya memiliki rasa seperti lengkeng, rambutan, dan durian. Secara tradisional, daun tumbuhan ini digunakan untuk mengobati demam, diabetes, hipertensi, dan penyakit kulit. Namun demikian, profil metabolit daun matoa masih terbatas dalam literatur. Pada penelitian ini, profil metabolit daun matoa dievaluasi dengan metode metabolomik berbasis 1H NMR. Uji aktivitas penghambat enzim ?-glukosidase dan antioksidan (DPPH dan FRAP) digunakan untuk memeriksa bioaktivitas daun matoa pada penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga melakukan penentuan kadar total fenolik dan kadar total flavonoid sampel daun matoa. Penelitian ini menggunakan empat sampel daun matoa yang berbeda usia, yaitu daun tua, daun dewasa, daun remaja, dan daun anak. Sampel daun matoa yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Perumahan Parakan Mas, Cisaranten Endah, Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat. Setiap sampel daun dikeringkan dengan mesin freeze dryer, dihaluskan, dan diekstraksi dengan CD3OD:D2O (7:3). Supernatan hasil ekstraksi kemudian diukur dengan spektrometer 1H NMR. Secara keseluruhan, pada penelitian ini telah berhasil diidentifikasi 19 metabolit dari sampel daun matoa termasuk metabolit primer dan metabolit sekunder seperti ?-glukosa, fruktosa, asam amino, kaempferol, quercetin, dan beberapa turunannya. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran, diolah dan dievaluasi dengan analisis statistika multivariat menggunakan Principal Component Analysis (PCA) sebagai model utamanya. Score plot model PCA berhasil mengelompokkan sampel daun matoa berdasarkan jenisnya. Investigasi loading plot, menunjukkan senyawa fruktosa, alanin, valin, dan leusin merupakan senyawa pembeda untuk daun matoa tua. Daun dewasa dibedakan dengan senyawa glukosa, asam laktat dan quercetin. Sementara itu, senyawa pembeda daun remaja adalah kaempferol-3-O-rhamnosida dan asparagin, dan senyawa karakteristik sampel daun matoa anak adalah rutin, kaempferol, proantosianidin A2 dan asam siringat. Keempat jenis daun matoa telah dievaluasi aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH dan FRAP. Namun demikian, aktivitas antioksidan keempat jenis daun matoa tidak terlalu berbeda dan dikategorikan sebagai aktif (nilai IC50 DPPH = 6–10 ppm; dan EC50 FRAP = 14– 20 ppm). Aktivitas penghambat ?-glukosidase daun matoa dikategorikan aktif dengan nilai IC50 berkisar di antara 1–6 ppm. Total fenolik dan flavonoid keempat sampel daun matoa telah dievaluasi dengan metode Folin-Ciocalteu dan metode kolorimetri aluminium klorida 10%. Hasil menunjukkan bahwa keempat daun matoa memiliki kandungan fenolik yang mirip. Sementara itu, sampel daun remaja memiliki total flavonoid paling kecil (14,28 ± 1,54 mgQE/g). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat daun matoa memiliki aktivitas antioksidan serta aktivitas penghambat ?-glukosidase dengan kategori aktif. Berdasarkan pengetahuan kami, ini merupakan laporan pertama tentang evaluasi metabolomik daun matoa dengan pendekatan 1H NMR.