digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada abad ke-21, tren pembangunan kota mengalami perubahan yang signifikan sebagai respons terhadap tantangan dan peluang yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan. Kota Bandung dan Cimahi merupakan dua kota di Indonesia yang memiliki konsep pengembangan teknopolis dalam mendukung perkembangan era digital yang berkembang dan mengoptimalkan potensi ekonomi berbasis pengetahuan. Di Kota Bandung, pengembangan teknopolis terfokus pada SWK Gedebage, sementara di Kota Cimahi, pengembangan dilakukan melalui Cimahi Technopark. Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktorfaktor difusi inovasi yang mempengaruhi pembangunan teknopolis, maka perlu untuk mengidentifikasi ekosistem difusi inovasi dan pemanfaatan iptek yang dapat mendukung pengembangan kawasan di kedua kota tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan kunci dari berbagai pihak terkait. Selain itu, data media sosial Twitter juga digunakan untuk menganalisis nilai sentimen dan gambaran persoalan wilayah menurut pandangan masyarakat. Proses analisis data menggunakan pendekatan analisis sentimen dan analisis isi untuk memahami persepsi masyarakat terhadap permasalahan wilayah dan untuk memberikan makna pada data hasil wawancara. Pendekatan konsep 8 komponen kota cerdas digunakan untuk melihat gambaran tantangan kewilayahan yang dihadapi oleh kedua wilayah. Pendekatan elemen inovasi Rogers menjadi konsep yang dipakai dalam menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses difusi inovasi di kota Bandung dan Cimahi. Sementara itu, pendekatan kuadran ekosistem inovasi tata kelola pemerintah digunakan untuk mengidentifikasi konsep ekosistem inovasi yang diusung oleh pemerintah kota di kedua wilayah studi. Selain itu, pendekatan ATOPP (Approach, Technology, Organization, Process, Product) digunakan untuk menganalisis pola pengembangan teknopolis di kedua wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen inovasi yang condong pada proses difusi inovasi di Kota Bandung adalah elemen saluran komunikasi tercermin dalam berbagai platform dan inisiatif yang mendukung pertukaran ide dan kolaborasi. Sedangkan elemen inovasi waktu menjadi perhatian utama dalam proses difusi inovasi di kota Cimahi, terutama dalam kasus-kasus di mana inovasi telah diuji, dikembangkan,iiiii dan direplikasi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, secara umum tantangan kewilayahan dalam pengembangan teknopolis di kedua wilayah studi terdapat pada aspek spasial, yang mencakup faktor tata ruang dan infrastruktur pendukungnya. Ekosistem inovasi dan pemanfaatan iptek di kota Bandung menunjukkan arah ke people's influence, di mana partisipasi aktif masyarakat dianggap penting untuk menciptakan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sementara itu, di kota Cimahi, pendekatan stakeholder relations memberikan makna terhadap pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan teknopolis. Dengan menggunakan pendekatan ATOPP, pengembangan teknopolis di kota Bandung menggunakan pendekatan model simple choice, yang berfokus pada memilih opsi pengembangan yang mudah diimplementasikan dan efektif. Di sisi lain, pengembangan teknopolis di kota Cimahi lebih menggunakan pendekatan regulating, yang menekankan pada peran pemerintah sebagai pengarah dan motor pengembangan.