Terowongan merupakan salah satu infrastruktur yang sangat penting baik bagi
konstruksi sipil maupun pertambangan. Tantangan yang paling utama dalam
merencanakan dan membangun terowongan adalah memastikan kestabilan struktur
tersebut dari beban yang diterima massa batuan di sekitarnya. Analisis kestabilan
terowongan akan sangat terkait dengan fenomena arching atau yang juga dikenal
sebagai arch effect. Dalam konteks terowongan, arching mengacu pada pembentukan
busur yang melingkupi area di sekitar terowongan karena redistribusi tegangan dari
batuan di sekitarnya. Busur yang melingkupi area ini disinyalir menjadi daerah yang
tidak stabil atau disebut sebagai zona runtuh. Namun pemahaman dan penggunaan
metode dalam penentuan bentuk zona runtuh masih kurang mendalam. Penelitian ini
mencoba untuk memberikan pendekatan baru dengan menggunakan metode numerik
dalam menentukan zona runtuh di sekitar terowongan. Dengan menggunakan data dari
dua studi kasus, yaitu terowongan jalan raya Piaoli di Cina dan terowongan kereta api
Notog di Indonesia, peneliti berusaha untuk menganalisis dan menentukan pengaruh
distribusi tegangan terhadap terbentuknya tinggi dan lebar zona runtuh. Dengan
menggunakan data dari kedua studi kasus, peneliti dapat melakukan simulasi untuk
mengamati berbagai jenis distribusi tegangan di sekitar terowongan. Pengamatan
berbagai jenis distribusi tegangan ini akan memberikan pandangan baru dalam
mengamati dan menentukan bentuk zona runtuh. Hasil analisis mengindikasikan
bahwa penentuan tinggi dan lebar zona runtuh di sekitar terowongan berpenampang
tapal kuda dapat ditentukan dari pengamatan terhadap perilaku distribusi tegangan
vertikal dan tegangan rata-rata.